Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

KKGK: Pengakuan Iman (Bab Satu - Bab Dua)



Pengantar
      Naskah Kompendium Katekismus Gereja Katolik ini diunduh dari  situs:  www.vatican.va/archive/compendium.../archive_compendium-ccc_id.pdf.   Di  situs tersebut, naskah kompendium ini memang disediakan dan dapat diunduh secara bebas.
      Naskah yang dimuat di sini hanya materi utama. Sedang naskah sambutan, pengantar,  ikonografi dan teks yang menyertainya, tidak dimuat.


Kompendium Katekismus Katolik
Bagian Satu:  Pengakuan Iman

BAGIAN SATU
PENGAKUAN IMAN

Berisi sintesis dari lex crendi (hukum iman), yaitu iman yang diakui Gereja Katolik, yang diungkapkan dalam Pengakuan Iman para Rasul yang kemudian dikembangkan oleh Pengakuan Iman Nicea - Konstantinopel. Dalam Pengakuan Iman liturgis, umat Kristen menghidupkan  kebenaran-kebenaran pokok iman mereka dalam ingatan. 







BAGIAN SATU
PENGAKUAN IMAN
 SEKSI SATU
”Aku Percaya” – ”Kami Percaya”

1. Apa rencana Allah untuk manusia?
Allah, yang sempurna dan penuh bahagia, berencana membagikan kebaikan-Nya dengan menciptakan manusia agar manusia ikut ambil bagian dalam kebahagiaan-Nya. Dalam kepenuhan waktu, ketika saatnya tiba, Allah Bapa mengutus Putra-Nya sebagai Penebus dan Penyelamat manusia, yang sudah jatuh ke dalam dosa, memanggil semuanya ke dalam Gereja-Nya, dan melalui karya Roh Kudus, mengangkat mereka sebagai anak-anak-Nya dan pewaris kebahagiaan abadi.KGK 1-25

BAB SATU
KEMAMPUAN MANUSIA UNTUK MENGENAL  ALLAH
”Betapa besar dan sungguh agunglah Engkau, ya Allah. … Engkau telah menciptakan kami untuk Diri-Mu,dan tidak tenanglah hati kamisampai kami beristirahat dalam Engkau” (Santo Agustinus)

2. Mengapa manusia mempunyai kerinduan akan Allah?
Allah, dalam menciptakan manusia menurut citra-Nya, telah mengukirkan dalam hati manusia kerinduan untuk melihat Dia. Bahkan walaupun kerinduan ini diabaikan, Allah tidak pernah berhenti menarik manusia kepada Diri-Nya karena hanya dalam Dialah manusia dapat menemukan kepenuhan akan kebenaran yang tidak pernah berhenti dicarinya dan hidup dalam kebahagiaan. Karena itu, menurut kodrat dan panggilannya, manusia adalah makhluk religius yang mampu masuk ke dalam persekutuan dengan Allah. Hubungan akrab dan mesra dengan Allah mengaruniakan martabat kepada manusia.KGK 27-30 44 -48

3.   Bagaimana mungkin manusia mengenal Allah hanya melalui terang akal budinya?
Dengan bertolak dari ciptaan, yaitu dari dunia dan pribadi manusia, hanya melalui akal budinya manusia dapat mengenal Allah secara pasti sebagai asal dan tujuan alam semesta, sebagai kebaikan tertinggi, dan sebagai kebenaran dan keindahan yang tak terbatas.KGK 31-36 46 47

4.   Apakah terang akal budi saja sudah memadai untuk mengenal misteri Allah?
Jika hanya melalui terang akal budi saja, manusia mengalami banyak kesulitan untuk mengenal Allah. Dengan kekuatannya sendiri, manusia sungguh-sungguh tidak mampu masuk ke dalam kehidupan intim misteri ilahi. Karena itu, manusia membutuhkan pencerahan melalui wahyu; tidak hanya untuk hal-hal yang melampaui pemahamannya, tetapi juga untuk kebenaran religius dan moral, yang sebenarnya tidak melampaui daya tangkap akal budi manusia. Bahkan dalam kondisi saat ini, kebenaran-kebenaran tadi dapat dipahami dengan mudah oleh semua manusia, secara pasti, dan tanpa kesalahan.KGK 37 -38

5.    Bagaimana kita dapat bicara tentang Allah?
Sebagai titik tolak, kita berbicara tentang kesempurnaan manusia dan ciptaan lainnya, yang – meskipun terbatas – merupakan cerminan kesempurnaan Allah yang tak berkesudahan. Namun, kita perlu terus-menerus memurnikan bahasa kita sejauh itu mungkin walaupun harus kita sadari bahwa kita tidak akan pernah dapat mengungkapkan misteri Allah yang tak terbatas.KGK 39 – 43 48-49
***


Catatan:
    Huruf dan angka dalam format superscript (di atas baris, mis: KGK 37 - 38) merujuk nomor topik terkait dalam Katekismus Gereja Katolik.