Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Ketika Putra Altar
Juga Menjadi Pusat Perhatian

Setiap Perayaan Ekaristi berlangsung, tak pelak lagi Putra Altar (PA)  juga menjadi salah satu pusat perhatian umat.  Di satu sisi, keberadaan PA di panti imam memang mudah dilihat. Selain imam, PA paling lama berada di panti imam dibanding petugas liturgi lainnya.  Di sisi lain, PA juga menjadi acuan bagi umat untuk mengikuti urutan-urutan liturgi melalui melalui tata gerak yang diperagakan.  PA menjadi
teladan bagi umat bagaimana mengikuti Perayaan Ekaristi dengan benar.
      Dengan demikian, sikap dan bahasa tubuh PA mestinya tidak luput dari perhatian umat. Hal inilah yang ingin diketahui melalui survei tentang kinerja PA dalam melaksanakan tugas pelayanannya.  Survei dilakukan saat Perayaan Ekaristi Sabtu sore     (24 Agustus 2013) dan Perayaan Ekaristi Minggu pagi (25 Agustus 2013).  Dari 900 lembar survei yang diedarkan, kembali 642 lembar.  Berdasarkan angka tersebut, perlu ditegaskan hal survei tidaklah mewakili seluruh umat Gereja Babadan.
     Ada dua pertanyaan yang diajukan, dengan pilihan jawaban sebagai berikut: 
  1. Menurut Anda, apakah semua Putra Altar sudah mampu  menjaga  sikap dan bahasa tubuh saat  melaksanakan tugas untuk menjaga kekhidmadan Perayaan Ekaristi?        Pilihan jawaban (hanya boleh satu jawaban): a. Semua PA sudah mampu. b. Sebagaian besar sudah mampu.  c. Setengah ya, setengah tidak.  d. Hanya sebagian kecil sudah. e. Semua belum. 
     2.  Jika belum, apakah sebabnya?   
          Pilihan jawaban (jawaban boleh lebih dari satu):   a. Ngobrol.  b.  Kurang fokus.
          c. Kurang sigap. d.  sibuk sendiri.  e.  Lainnya. 

     Untuk pertanyaan pertama, hasilnya sebagai berikut:


    Apa yang dapat dipahami dari hasil tersebut? Angka persentase untuk setiap pilihan jawaban menggambarkan kebanyakan umat yang memberi jawaban memiliki persepsi baik. Angka 17% untuk jawaban semua mampu dan 50% untuk jawaban sebagian besar mampu, menunjukkan hal itu.
     Namun, persepsi baik  itu bisa saja dimiliki umat karena asumsi berikut.  Bisa karena umat sebetulnya khusyuk mengikuti Perayaan Ekaristi, sehingga tidak memperhatikan apakah sikap dan bahasa tubuh PA ketika melaksanakan tugas sungguh terjaga dan mendukung kekhidmadan berlangsungnya Perayaan Ekaristi. Jadi, kecuali ada hal luar biasa, umat menganggap semua berjalan baik-baik saja.  Kemudian, boleh saja persepsi itu dibentuk oleh sikap yang memahami bahwa hampir semua PA pada dasarnya masih anak remaja, dengan rentang usia antara 10 - 15 tahun.  Kalau pun di antara PA yang sedang bertugas ada yang belum mampu menjadi sikap dan bahasa tubuh, itu bisa dimaklumi dalam konteks usia mereka.  
     Maka, jawaban atas pertanyaan kedua, bisa dijadikan titik tolak untuk mengkritisi jawaban atas pertanyaan pertama.Untuk pertanyaan kedua, hasilnya sebagai berikut:



      Hasil tersebut mengisyaratkan bahwa asumsi yang dikemukakan untuk memahami jawaban atas pertanyaan pertama tampaknya tidak bisa dipakai.  Nalarnya, kalau benar umat khusyuk saat mengikuti Perayaan Ekaristi yang sedang berlangsung, mestinya umat tidak sempat  memerhatikan kekurangan PA.
      Namun, mencermati  jawaban atas pertanyaan kedua,  kekurangan PA itu toh tidak luput dari perhatian umat.  Apakah karena umat pernah merasa terganggu, tidak bisa mengikuti Perayaan Ekaristi dengan khidmad karena ada PA yang  sedang bertugas kurang mampu menjaga sikap dan bahasa tubuh?  Kalau jawabannya adalah ya, dan ingatan akan hal itu cukup membekas, mengapa angka persentase untuk pertanyaan kedua muncul mendapat penjelasan.   
     Dan kalau disimak lebih lanjut pada jawaban lainnya yang dituliskan pada lembar survei,ada masukan tambahan dari umat agar PA lebih meningkat kinerjanya. Ada yang mengusulkan perlu regenerasi, memperbesar anggaran agar bisa mendatangkan motivator hebat,  perlu pendampingan, tingkatkan, dan pertahankan.   Yang lain mengatakan kurang disiplin, masih saling menunggu, duduknya kurang sigap.

     Bagi PA, sudah tentu hasil survei di atas menjadi masukan berharga. Pemaknaan atas hasil itu hendaknya tidak difokuskan pada angka persentase,  melainkan pada substansinya sebagai masukan. Sebab, bagaimanapun, PA tetap menjadi perhatian umat. Sebagaimana dikemukakan di awal, PA menjadi acuan dan teladan bagi umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. ***