Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Rekoleksi Lingkungan:
Biasakan Diri “Menempa” Iman

Lingkungan Emmanuel 


Udara pegunungan yang dingin nan menyergap, tak menyurutkan niat umat lingkungan Emmanuel, Gereja Paroki Santo Petrus dan Paulus, Babadan mengikuti rekoleksi di Omah Jawi, kawasan wisata Kaliurang Sabtu hingga Minggu (23-24/11/2013) silam. Laki-laki, perempuan, bapak, ibu, tua, muda, remaja, anak-anak bahkan yang masih dalam gendongan pun turut serta. Meski datang tak bersamaan, sebagian besar terlihat dan terlibat. 
   Acara yang dihelat lingkungan Emmanuel tersebut diawali sekitar pukul 19.00 dengan misa kudus yang dipimpin Romo Viani, CMF,
sekaligus sebagai narasumber rekoleksi. Sambil duduk lesehan bersap dengan formasi setengah lingkaran tak beraturan, misa terkemas santai namun tetap khusyuk. 
   Setelah misa usai, Romo Viani memulai membawakan materi rekoleksi. Dengan bantuan slide yang menayangkan beragam gambar, peserta terasa terbantu bagaimana memulai membangun iman. Baik dalam lingkup personal, lingkungan maupun di tengah masyarakat umum. 
   Dalam paparannya, Romo Viani menggambarkan bahwa membangun dan membentuk iman seseorang kepada Kristus ibarat besi yang sedang ditempa. Membutuhkan proses panjang, energi yang tinggi dan ketekunan sehingga lahir sebuah karya yang indah. 
   “Lihat dalam gambar ini, besi ini dipanggang di atas bara api yang merekah-menyala dengan suhu sangat tinggi. Juga terus dipukul-pukul. Sesekali didinginkan dengan dicelupkan ke dalam air. Kemudian dipanaskan lagi. Dipukul lagi, tiada henti. Hingga menemukan bentuk yang diinginkan si empunya besi, yakni ukiran besi yang memesona. Demikian dengan iman kita. Kita harus berani membiasakan diri menempanya. Sekuat tenaga. Juga sambil berdoa, jika perlu bermati raga. Hingga menemukan iman yang sungguh kuat,” terang Romo Viani. 
    Sesi malam diakhiri dengan pemutaran film yang berlatar kehidupan keluarga. Dilanjutkan dengan sharing dan berbagai pengalaman seputar hidup berkeluarga dan menggereja. 
    Rekoleksi kian hangat dan ‘lumer” ketika hari Minggu (24/11/2013) agenda diawali dengan jalan-jalan pagi dan saling menguatkan antar umat lewat beragam obrolan. Setelah sarapan dilanjutkan dengan acara permainan yang mengakrabkan. Siapa saja boleh menyumbangkan permainan kreatifnya, mulai dari anak-anak hingga orangtua. 
Pak Esmu mengawali dengan kebolehannya bersulap. “Siapa yang mampu memecahkan sebuah lampu pijar (bohlam) ini dengan kekuatan pikiran dan kata-kata tanpa menyentuh!” seru dia pada peserta. Sontak semua terkesima dan takjub tatkala bohlam benar-benar pecah, hanya dengan teriak,” Pecah!” 
   Ada pula yang bermain tebak usia. Tebak nama. Juga beragam teka-teki lain. Yang pasti semua terlibat dan terhibur. Jika mampu menebak mendapat hadiah. Tiba saatnya, Pak Untung, prodiakan lingkungann Emmmanuel, meminta peserta membuat tanda salib dengan benar. Artinya antara gerakan tangan dengan kata-kata yang diucapkan pas. Ternyata tak semua umat mampu memperagakannya dengan benar. “Ketika mengucap kata “Amin” seharusnya gerakan tangan sudah selesai,” ungkap Pak Untung. 
   Acara rekoleksi ditutup dengan sesi “Surat Sahabat”. Yakni setiap peserta menuliskan kata-kata inspiratif yang mampu membangkitkan semangat bagi peserta lain pada secarik kertas. Kemudian dimasukkan pada amplop bernama peserta lain yang telah tertempel di dinding ruangan.
   Rekoleksi menjadi bagian penting dalam kegiatan lingkungan. Tak sebatas ajang bertemu fisik antar umat, namun mampu mempertemukan dan mempertautkan beragam ide serta gagasan terkait dengan pemahaman dan pengalaman iman umat. Terlebih bagi pengembangan iman anak sebagai generasi Gereja. (*)