Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Susahnya Mengikuti Misa Harian di Gereja (2-Habis)

Oleh : Alexander Rizky Hapsoro 
(Lingkungan St. Petrus) 

     Di dalam buku Youcat (2012)*, dijelaskan bahwa gereja hidup dan bernafas dengan merayakan liturgi. Liturgi itu apa sih? 
      Liturgi itu bisa dimaknai sebagai perjumpaan secara nyata antara manusia dengan Yesus Kristus melalui ibadat di gereja. Dapat pula dimaknai bahwa
Liturgi seperti perjumpaan kasih yang dicatat oleh Allah, siapapun yang merasakan kasih Allah maka secara sukarela dan senang hati akan pergi ke gereja. 
     Buku ini juga mengatakan bahwa saat kita merayakan liturgi kita akan merasakan cinta Tuhan, disembuhkan dan diubah. Tujuan dari liturgi gereja dan sakramen-sakramen adalah kita memiliki hidup dan mempunyai hidup dalam kelimpahan. 
      Menurut bahasa yang bisa saya simpulkan adalah ketika kita mengikuti liturgi dalam gereja maka kita akan merasa berjumpa dan berkomunikasi dengan Yesus. 
     Lalu apa yang diberikan Yesus? Yesus akan memberikan kita hidup dengan sukacita dan berkat sehingga kita sungguh-sungguh mengalami hidup dan memiliki hidup. 

Kerinduan
     Saya kembali berpikir, apakah saya harus menunggu usia yang tua? Atau bahkan menunggu saya mengalami stroke seperti ayah saya agar saya mau mengikuti misa harian? 
Untuk menumbuhkan niat dan keinginan untuk mengikuti misa harian memang harus timbul dari diri saya sendiri dan juga para kaum muda lainnya. 
       Saya teringat akan perkataan Almarhum Bapak Maximianus Budi Santosa, yang awal Juni lalu sudah menghadap Bapa di Surga. Beliau adalah seorang penderita stroke juga sama seperti ayah saya di Paroki ini. Ketika saya mewanwancara beliau untuk data penelitian saya, beliau mengatakan bahwa ke gereja setiap hari adalah suatu kerinduan buat beliau. 
     Berkaca dari ayah saya dan Pak Yan, mereka saja punya kerinduan yang teramat tinggi pada Tuhan sehingga rajin mengikuti misa harian. Romo Tri Widodo, Pr juga mengatakan bahwa ekaristi atau liturgi adalah puncak dari hidup kita. Diantara sekian banyak aktivitas yang kita lakukan setiap harinya, ekaristi merupakan puncak dari aktivitas kita. 

Ketika ada mau
     Saya sendiri merenungkan, sebenarnya mengapa saya belum memiliki kerinduan seperti yang dialami ayah saya dan Pak Yan yang saya contohkan tadi? Apakah kerinduan saya hanya untuk kepentingan diri sendiri, seperti bermain bersama teman-teman, nonton televisi, sibuk dengan tugas-tugas kuliah atau sekolah, sibuk dengan kegiatan kampus atau sekolah dan lain sebagainya. 
     Mengapa saya belum mendapatkan kerinduan untuk mengikuti ekaristi harian? (catatan redaksi:  lihat tulisan terdahulu - klik di sini) Selalu yang menjadi andalan saya adalah susah bangun pagi. Apa iya saya susah bangun pagi? Bangun jam 1 pagi untuk menonton Final Liga Champions Eropa saya bisa kok! 
Jadi sebenarnya apa yang menjadi hambatan saya untuk mendapat kerinduan akan misa harian? Apakah saya ikut misa harian hanya jika ada maunya? 
     Ternyata selama ini jika saya kembali mengingat memang saya itu ikut misa harian ketika ada maunya atau ketika ingin ujub khusus. Setelah ujub tersebut sudah dilewati atau terlaksana lalu saya tidak misa harian lagi. 

Di kala senang susah
     Bagi saya, saya masih belum sempurna dalam iman dan kehidupan menggereja, ya saya menyadarinya dan mengakuinya.
    Saat ini dan seterusnya apa yang bisa saya lakukan untuk menumbuhkan iman dan kerinduan akan misa harian, tentunya saya akan lebih mengolah diri agar sungguh-sungguh merefleksikan kehadiran Tuhan dalam hidup saya sehari-hari. Menurut saya ini tantangan bagi saya dalam hidup menggereja dan tentunya bagi kaum muda lainnya seperti saya.
    Memang dunia kaum muda saat ini bisa saja menggelapkan mata kita dan menjauhkan yang selama ini dekat dengan kita yaitu Yesus Kristus, tetapi itu semua tergantung kita kaum muda apakah kita akan memilih semakin jauh dengan Yesus atau membuka hati kita untuk Yesus.
     Semoga saya bisa menumbuhkan iman dan kerinduan Ekaristi sehingga tidak hanya ketika disaat kita butuh tetapi dikala senang susah, dikala kesulitan dan cobaan datang kita sungguh rindu akan kehadiran Tuhan melalui Ekaristi.***

*)Sumber Pustaka : 
      IKAPI. (2012). YOUCAT Indonesia-Katekismus Populer. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.