Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman:
Isyarat Kerinduan akan Persaudaraan Sejati

R Triwidodo
Peserta Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman yang berlangsung Jumat – Minggu, 24 – 26 Oktober 2014 di Aula SMA Pangudi Luhur van Lith, Muntilan,  melimpah. Ini bisa dimaknai sebagai isyarat bahwa umat sungguh merindukan terwujudnya persaudaraan sejati lintas iman. 
   Isyarat tersebut diperkuat oleh isyarat lain, yang mengemuka lewat sejumlah pertanyaan maupun pernyataan yang dilontarkan peserta kepada pembicara. Sejumlah peserta mengatakan, sudah lama menunggu adanya hajatan seperti kongres ini. Sebagian lagi mengusulkan, peserta hendaknya mencakup seluruh elemen bangsa, entah yang moderat atau garis keras.
    Sebagai ungkapan kerinduan, apa yang dikemukakan perserta, bisa dipahami. Sebagaimana dikemukakan Ketua Panitia Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman, Romo Aloys Budi Purnomo Pr, yang juga adalah Ketua Kom HAK KAS, pada Jumpa Pers , Kamis (22-10-2014) sehari menjelang pelaksanaan, Kongres ini adalah yang pertama kali diselenggarakan oleh Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang. 
    Maka tidak mengherankan jika peserta melimpah. Berdasarkana catatan panitia, Kongres diikuti oleh 800 lebih peserta dan panitia, selain sejumlah tamu undangan lain. Sebelumnya, jumlah peserta ditargetkan sekitar 500 orang. Peserta berasal dari Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan beberapa utusan dari Malang, Bandung, Bogor, Jakarta, dan Pangkalpinang. Peserta terdiri dari kalangan usia kaum muda dan dewasa, awam dan rohaniwan, dan beberapa biarawan dan biarawati. 
    Selama berkegiatan, para peserta bermalam di enam tempat, yakni RR Salam, PSM, RR OSF, RR AK Sumber, Joglo Patosan dan Museum Misi Muntilan. 

Momentum Pembaruan
    Sementara itu, penyelenggaraan Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman mendapat tanggapan positif dari Romo Markus Solo, SVD dari Pontifical Council for Interreligius Dialogue (PCID) di Vatikan. 
    Disampaikan bahwa di hadapan gelombang kekerasan yang menakutkan dunia, terutama di hadapan “ketidakberdayaan” kita di hadapan kebrutalan atas nama agama saat ini, dibutuhkan banyak aksi seperti Kongres Muntilan untuk menggalang, memupuk dan memperdalam rasa persaudaraan dan pertemanan lintas agama. 
     Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman ini menarik karena ada kata “sejati” di dalam judul Kongres ini. Mungkin tekanan ini membawa aplikasi lebih banyak dan lebih mendalam lagi, sekaligus menghasilkan tapak-tapak baru yang belum pernah ditelusuri. 
   Kongres ini bisa menjadi momentum pembaharuan semangat bersama menuju terciptanya sebuah Persaudaraan dan Persahabatan Lintas Iman Sejati yang pada gilirannya mampu membantu mentransformasi masyarakat dan dunia sekitarnya menuju sebuah kehidupan bersama yang diwarnai oleh rasa saling menghormati dan saling memahami yang sejati. Inilah syarat mutlak menuju kehidupan bersama yang damai dan harmonis. 
    Persaudaraan dan persahabatan sejati bisa memungkinkan pula kerjasama lintas agama yang tulus dan konstruktip untuk mengatasi berbagai kesulitan dan tantangan bersama, termasuk tantangan kekurangan pangan yang menyebabkan kelaparan, dan membawa efek lanjutan pada krisis relasi, kesenjangan sosial dan konflik-konflik horisontal. Kalau sudah tiba pada level ini, sayangnya agama tidak canggung-canggung dijadikan “alat” (instrumen) untuk aksi-aksi kejahatan. 

Kenduren 
    Sebelum Kongres resmi dimulai pada Jumat sore, sehari sebelumnya telah dilaksanakan jumpa pers dan kenduren di Pendopo Museum Misi Muntilan, Kamis (23/10) pukul 16.00 WIB. Ketua Panitia Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman, Romo Aloys Budi Purnomo Pr, yang juga adalah Ketua Kom HAK KAS, menyampaikan latar belakang dan tujuan penyelenggaraan kongres. "Ini merupakan Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman yang untuk pertama kali diselenggarakan Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang." 
     Dikatakan, keberagaman merupakan realitas yang nyata dalam hidup bersama sebagai warga bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),  dengan aneka ragam budaya, agama, iman dan keyakinan. Keberagaman yang dalam konteks NKRI dibingkai dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika menjadi daya topang masa depan bangsa yang sejahtera dalam harmoni dan kerukunan. Persaudaraan Sejati Lintas Iman bukanlah sekadar suatu impian melainkan kenyataan yang senantiasa dihidupi bersama. 
    Dalam realitas itu, penting membangun keterbukaan terhadap yang lain dalam sikap hormat dan saling menghargai. Inilah pula yang menjadi salah satu fokus pastoral Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang (Ardas KAS) 2011-2014, yang antara lain memberi perhatian terhadap hidup beriman yang dialogis, ekumenis. Merajut persaudaraan sejati lintas iman merupakan upaya mewujudkan cita-cita fokus pastoral tersebut. 
     Kongres Persaudaraan Sejati yang bertema "Beriman Cerdas, Tangguh dan Misioner untuk Membangun Persaudaraan Sejati" itu, diikuti peserta dari Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu dan Penghayat Kepercayaan dan Kebatinan (Agama-Agama Asli Pertiwi), terdiri dari kalangan usia kaum muda dan dewasa, awam dan rohaniwan, dan beberapa biarawan dan biarawati. "Kongres ini bersifat kerakyatan dan partisipatif, tidak di tataran elit para tokoh agama melainkan di akar rumput, umat dan jemaat," kata Romo Budi. 
    Usai jumpa pers, dilaksanakan kenduren yang diawali doa bersama. Doa secara Islami oleh  Chabibullah, Ketua GP Ansor Magelang - memohon agar hajatan Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman membawa kemaslahatan bagi hidup bersama sebagai warga bangsa Indonesia yang ditandai oleh kehadiran berbagai umat beragama. Setelah doa bersama, Romo Aloys Budi memotong tumpeng dan menyerahkannya kepada Mas Chabib – panggilan akrab Chabibullah, sebagai tanda persahabatan dan persaudaraan lintas iman. Setelah itu, semua yang hadir dalam Jumpa Pers dan Kendurenan tersebut bersantap malam bersama. 

Edukasi, Animasi, Selebrasi 
     Ada tiga ranah ditempuh dalam pelaksanaan Kongres, yakni edukasi, animasi, dan selebrasi. Di ranah edukasi,  dihadirkan sepuluh narasumber para tokoh dari enam agama, termasuk Penghayat Kepercayaan dan Kebatinan. Di antara para nara sumber itu adalah Mgr. Johannes Pujasumarta - Uskup Agung Semarang; Sr. Martha E. Driscoll, OCSO - Abdis Pertapaan Gedono; Buya Ahmad Syafii Ma'arif; Bante Sri Pannyavaro Mahatera dan Ibu Sinta Nuriyah Wahid. 
     Di ranah animasi dan selebrasi diisi dengan pagelaran kesenian dan kebudayaan lintas iman. Jumat malam (24-10-2014), acara pagelaran budaya diisi Sholawat Remaja Masjid Pule, Pemutaran Film Yustinus Kardinal Darmayuwono dan Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Santo dan Ki Sadewo. 
    Kemudian pada Sabtu Malam (25-10-2014) ditampilkan Sholawat Pemuda Ngadipura, Tarian Sufi, Teater Jaran Iman Seminari Tinggi St. Paulus, Kentungan, Wayang Potehi, Kemudian pada Minggu siang (25-10-2014) tampil Sendratari Persaudaraan Sejati Lintas Iman oleh 250 OMK, Topeng Ireng SMP St. Maria Tumpang, Topeng Ireng "Mahesa Loreng" dari Paroki Ignatius Magelang, Topeng Ireng dari Dusun Kemiriombo Dukun, Jathilan dari Dusun Pepe Muntilan, dan Reog dari Dusun Ngargotontro Dukun. 
     Salah satu wujud persaudaraan sejati secara nyata ditampilkan melalui pameran dalam rangka Hari Pangan Sedunia (HPS) 2014 yang dilaksanakan di Lapangan Pemda Muntilan.di lapangan Pemda Muntilan. Melalui pameran, tercipta dialog kehidupan dan dialog karya lintas iman untuk membangkitkan kesadaran serta membangkitkan gerakan terhadap pelestarian sumber daya pangan, tata olah tani yang mampu menyediakan bahan pangan sehat, aman, merata dan berkelanjutan, demi kesejahteraan dan keberlangsungan hidup manusia serta keutuhan ciptaan-Nya. 
    Pameran ini dibuka oleh Bupati Magelang, dan diikuti 50 stan dari berbagai kelompok yang menampilkan produk olahan makanan sehat, termasuk Lomba Penyajian Makan Sehat oleh Ibu-Ibu Kevikepan Kedu dan Sarasehan Banyu Setrum bersama Rm V. Kirjito dan tim. Seluruh rangkaian acara Kongres ditutup Minggu (26-10-2014) di lapangan Pemda Muntilan.***