Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Pesta Nama Gereja Cangkringan:
Merayakan Pelindung Utama Karya Misi

Pengantar:
      Dalam kalender Liturgi, setiap 3 Desember dirayakan sebagai Pesta Peringatan St. Fransiskus Xaverius. Gereja St. Fransiskus Xaverius Cangkringan Paroki St. Petrus & Paulus Babadan sebenarnya juga ingin merayakan pesta tersebut pada 3 Desember lalu. Namun karena berbagai kendala, perayaan akhirnya diselenggarakan Minggu, 7 Desember 2014. Menyongsong perayaan tersebut, tulisan berikut memamparkan secara ringkan sosok St. Fransiskus Xaverius. 
      Sosok St. Fransiskus Xaverius sedemikian melekat di hati umat. Tidak hanya di Gereja Katolik, di Gereja Protestan, termasuk Gereja Anglikan, St. Fransiskus Xaverius, dikenal sebagai pewarta Injil yang tangguh.  Ia dianggap mengkristenkan lebih banyak orang dibanding siapapun di Asia semenjak Santo Paulus.
     Tidak heran jika banyak gereja, sekolah, atau lembaga keagamaan, menjadikan St. Fransiskus Xaverius sebagai pelindung. Demikian pula Gereja St. Fransiskus Xaverius Cangkringan.
       Dalam mewartakan Injil, St. Fransiskus Xaverius menjadikan semangat berbagi demi kepentingan hidup bersama sebagai dasar. Semangat itu diawali oleh pertanyaan dasar yang selalu mengganggu sanubarinya: "Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, namun kehilangan jiwanya?"
      Pertanyaan tersebut sungguh mempengaruhi sikapnya, mengilhami jalan hidupnya. Pertanyaan yang membuka lembaran hidupnya yang baru, menyebabkan ia akhirnya memutuskan mengabdikan seluruh hidupnya sebagai seorang Abdi Allah bagi penyebaran Injil dan pembangunan Kerajaan Allah di dunia.

Keturunan Bangsawan
      Francesco de Yassu Javier lahir di istana Xavier di Navarra, bagian utara Spanyol pada tanggal 7 April 1506. Orangtuanya keturunan bangsawan kaya raya. Pendidikan dasarnya berlangsung di Navarra dan kemudian dilanjutkan di Universitas Paris pada usia sekitar 20 tahun. Fransiskus dicatat sebagai salah satu pendiri Serikat Yesuit bersama Ignasius Loyola dan lima rekannya yang lain, 15 Agustus 1534 di gereja Montmatre.
     Karyanya mewartakan Injil di Asia dimulai 1542 di Goa, India, bersama dua rekannya dari Portugis. Kemudian, tahun 1545, ia tiba di Malaka dan mewartakan Injil di sana. Selama di Malaka, ia membina akhlak dan hidup perkawinan penduduk Malaka yang sangat merosot. Fransiskus mengajari mereka yang sudah lama tidak memperhatikan kebutuhan rohaninya. Untuk menunjang upayanya, ia tekun mempelajari bahasa Melayu dan menerjemahkan ajaran-ajaran Kristen dan doa-doa dalam bahasa Melayu.

Berkarya  di Maluku
     Awal tahun 1546, ia berlayar dengan kapal dagang ke gugusan kepulauan di Indonesia bagian timur, terutama di Maluku. Di sana waktunya tersita mendengarkan pengakuan dosa, mengunjungi orang sakit, memberikan sakramen-sakramen dan penghiburan rohani kepada mereka yang akan meninggal dan sering pula berkotbah.
     Atas kerja kerasnya yang tidak kenal lelah, penduduk setempat banyak menjadi pengikut Kristus. Dan karyanya bahkan meluas hingga ke Ternate.

Wafat di Sanchian
     Fransiskus kemudian berlayar ke Jepang tahun 1549, dan tiba tiba di Kagoshima 15 Agustus 1549. Setelah itu, bulan April 1552, ia berlayar menuju Cina dengan sebuah kapal Portugis dan mendarat di pulau Sanchian, di depan muara sungai Chukiang. Di sana ia menunggu jemputan perahu yang bersedia menyelundupkannya ke daratan Tiongkok.
     Tetapi ia tiba-tiba jatuh sakit dan dalam waktu dua minggu ia menghembuskan nafas terakhir di sebuah gubug, ditemani hanya oleh seorang pemuda Tionghoa yang telah menemani dia dari Goa. Fransiskus meninggal dunia di Sanchian pada tanggal 3 Desember 1552.

Sahabat bagi semua
     Fransiskus Xaverius adalah seorang sahabat bagi semua orang. Ia sangat energik dan menarik, rendah hati dan penuh pengabdian. Sebagai seorang pendekar karya misi, ia mendirikan pusat-pusat katekumenat dan sekolah-sekolah, dan berusaha mendidik imam-imam pribumi di setiap tempat yang ia kunjungi. Untuk mendukung karyanya, ia dengan tekun mempelajari bahasa daerah.
    Atas karyanya di Asia, oleh Pastor Ludwig, sejarawan Gereja yang terkenal, menjuluki Fransiskus Xaverius sebagai seorang "Misionaris Perintis Agama Salib" di Asia dan misionaris terbesar semenjak Santo Paulus. Ia mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa Asia sambil tetap mengingatkan Gereja akan panggilannya untuk mewartakan Sabda Allah kepada semua bangsa. Pada tahun 1622 ia dinyatakan 'kudus' oleh Paus Gregorius XV (1621-1623). Karena teladan hidupnya, Paus Pius X (1903-1914) mengangkat dia sebagai pelindung utama karya misi.
    Fransiskus Xaverius adalah seorang sahabat bagi semua orang. Ia sangat energik dan menarik, rendah hati dan penuh pengabdian. Sebagai seorang pendekar karya misi, ia mendirikan pusat-pusat katekumenat dan sekolah-sekolah, dan berusaha mendidik imam-imam pribumi di setiap tempat yang ia kunjungi. Demi keberhasilan karyanya ia dengan tekun mempelajari bahasa daerah.
    Semoga keteladanan Santo pelindung sungguh menjadi semangat yang mendasari pewartaan kabar sukacita dalam diri setiap umat di Gereja St. St. Fransiskus Xaverius Cangkringan.***