Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Pertemuan APP 2015:
Buah Pertobatan juga Gerakan Bersama

Oleh:  P Rondang Pasaribu

Apa yang terjadi pada pertemuan APP di lingkungan,  jika perhatian umat terfokus hanya pada satu topik bahasan saja?  Setiap topik pada setiap pertemuan akan didalami sebagai  topik terpisah, seolah tidak terkait satu sama lain. Celakanya lagi, bukan mustahil tujuan penyelenggaraan APP mungkin akan terlupakan.

     Kecenderungan seperti itu muncul ke permukaan saat mengamati pembahasan setiap topik dalam tiga kali pertemuan APP 2015 di suatu lingkungan dalam tiga minggu terakhir. Paling tidak ada dua hal yang diduga sebagai penyebab.
     Pertama, setiap kali menghadiri satu pertemuan APP, kepada umat hanya dibagikan fotokopi  bahan pertemuan saat itu. Jadi, untuk pertemuan pertama, sebagai contoh, umat yang hadir mendapat foto kopi topik bahasan pertemuan pertama. Pemandu lalu mengajak umat mendalami topik bahasan berdasarkan materi yang tertulis dalam fotokopi tersebut.
     Kedua,  mungkin pemandu, yang setiap kali pertemuan berganti,  lupa mengemukakan apa kaitan antar   topik, dan barangkali juga lupa mengungkapkan apa benang merah antara setipa topik dengan tujuan penyelenggaraan APP.  Padahal, tujuan dimaksud dirumuskan dengan baik pada pengantar buku Panduan APP KAS 2015.
     Dengan kondisi tersebut, tidak heran apabila dalam pertemuan, berdasarkan tanggapan umat terhadap topik yang dibahas, muncul kesan bahwa buah pertobatan yang diharapkan selama masa prapaskah semata-mata dipahami akan mewujud melalui sikap atau tindakan individu. Sedangkan buah pertobatan yang terwujud sebagai gerakan bersama, seolah kurang mendapat perhatian.

Melemah
     Dengan latar belakang itu, maka semangat umat di lingkungan untuk menjadikan buah pertobatan masa prapaskah terwujud dalam gerakan bersama umat selingkungan, boleh jadi akan melemah. Dan bak gayung bersambut, melemahnya semangat tersebut mendapat pembenaran menyusul Surat edaran Panitia APP tingkat paroki yang menyatakan semua dana APP dari lingkungan wajib disetorkan. Dana APP akan dikelola Panitia APP paroki. Bila lingkungan memerlukan dana APP untuk suatu kegiatan sosial, boleh meminta lagi dana itu dengan mengajukan proposal.  Bagi lingkungan yang tidak mau repot,  kebijakan Panitia APP itu tentu disambut baik.
     Menumbuhkan semangat umat selingkungan untuk menjadikan buah pertobatan menjadi gerakan bersama memang tidaklah mudah. Namun seyogyanya semangat itu tidak dilemahkan oleh pemahaman yang kurang pas. Buah pertobatan yang diharapkan tidak hanya melalui tindakan individu, tetapi juga melalui gerakan bersama.

Sia-sia
     Jika gerakan bersama tidak menjadi buah pertobatan, maka akan sia-sialah lampiran yang selalu disertakan pada Buku Panduan APP setiap tahun. Pada halaman terakhir  Panduan APP KAS selalu terdapat Prioritas Bantuan Dana APP KAS, Pedoman Pembuatan Proposal, serta contoh Lembar Rekomendasi.
      Dalam uraian antara lain tercantum bahwa Bantuan Dana APP KAS ditujukan untuk mendanai kegiatan bidang sosial-ekonomi/pengembangan kemasyarakatan seperti modal kecil kelompok (skala kecil) atau pendidikan pengembangan kewirausahaan kecilkelompok.
     Juga diberi catatan, khusus bantuan usaha kecil untuk perorangan/keluarga, sangat diharapkan. Singkat kata, ketika buah pertobatan tidak menjadi gerakan bersama umat selingkungan, boleh diharapkan tidak akan ada lingkungan yang mengajukan proposal sesuai petunjuk pada lampiran tersebut.

Lupa Pengantar 
     Sebenarnya, pada halaman pengantar Buku Panduan APP 2015, bisa dibaca uraian yang membantu pemahaman bahwa buah pertobatan masa prapaskan tidak hanya berhenti pada tingkat individu.  Beberapa kutipan berikut membuktikan hal itu:
     "Melalui gerakan APP diharapkan ada perubahan perilaku dan bertindak yang tampak dalam diri umat beriman sehingga kehadiran mereka di tengah umat dan masyarakat benar-benar semakin signifikan dan relevan." (Panduan APP KAS 205, hal 06)
     "Melalui gerakan APP kita diajak untuk semakin dapat memuliakan Allah dengan menghargai manusia sebagai citra Allah agar manusia semakin sejahtera dan bermartabat. Iman tidak hanya berarti untuk diri sendiri, untuk membangun kesalehan hidup pribadi semata, akan tetapi agar kebaikan bersama (bonum commune)  semakin terwujud dan dirasakan oleh banyak orang dalam kehidupan." (ibid)
     "Beriman harus berani keluar dari dirinya sendiri dan komunitasnya. Iman bersifat misioner, menggerakkan orang untuk bertindak dan terlibat dalam kehidupan." (ibid).
     Sayang sekali, apa yang dirumuskan dengan baik pada pengantar itu tidak disinggung sama sekali dalam pertemuan. Selain karena umat hanya membaca fotokopi bahan pendalaman sesuai pertemuan, pemandu juga tidak menyinggung hal tersebut.
     Barangkali, sudah saatnya umat mendapatkan satu buku panduan lengkap. Bukan hanya fotokopi bahan pendalaman khusus untuk satu pertemuan.***