Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Sekolah Iman:
Ketika Biduk Perkawinan Oleng,
Tetaplah Berpegangan Erat

Ketika biduk perkawinan mulai oleng, jangan saling melepaskan tangan. Tetapi tetaplah saling berpegangan erat.
      Dalam Sekolah Iman, Rabu (18/05/2016) di Aula Paroki St. Petrus & Paulus Babadan, ditegaskan oleh Rm. Robertus Triwidodo, Pr bahwa tetap saling berpegangan erat di atas biduk perkawinan yang sedang goyah merupakan bentuk tanggung jawab atas janji perkawinan dalam Sakramen Perkawinan.
      Disampaikan lebih lanjut, sesungguhnya, dalam Sakramen Perkawinan, Kristus masuk ke dalam perjanjian antara suami dan istri, dan dengan murah hati melimpahi mereka dengan berkat dan rahmat. Dengan demikian, Sakramen Perkawinan seumpama kapal surgawi yang ditumpangi pasangan suami-isteri – kapal yang dituntun oleh-Nya sendiri dengan bahan bakar yang cukup untuk membawa mereka sampai ke tujuan yang dirindukan.
     Dalam konteks itu, perkawinan kristiani adalah karunia terbesar Tuhan yang dirancang bagi seorang pria dan seorang wanita yang saling mencintai. Allah sendiri mempersatukan mereka dengan cara yang tak dapat dimengerti oleh manusia. Yesus Kristus mengatakan, “di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:5).
      Maka, ketika biduk perkawinan mulai oleng, jangan pula biduk perkawinan itu semakin digoyahkan dengan memberi kesempatan tumpangan bagi PIL atau WIL. Cukuplah bagi suami mengandalkan isteri mengayuh biduk perkawinan. Begitu pula sebaliknya, cukuplah bagi istri mengandalkan suami mengayuh biduk perkawinan.
      Tegasnya, ketika PIL atau WIL hadir, jangan tergoda. Hubungan dengan PIL atau WIL memungkinkan terjadinya zina. Perzinaan terjadi ketika dua orang, setidaknya salah satu masih terikat perkawinan dengan orang lain, melakukan hubungan seksual. Zina adalah pengkhianatan terhadap dasar kasih, pelanggaran atas perjanjian yang dibuat di hadapan Allah. Zina juga adalah ketidakadilan terhadap sesama.
      Oleh sebab itu, setiap suami dan setiap isteri harus selalu mengingat bahwa saat Sakramen Perkawinan keduanya telah menyatakan janji dihadapan Allah dan umat yang hadir.  Begitu juga saat resepsi, para undangan juga diminta untuk mendoakan pasangan suami – isteri yang baru. Janji dan doa itulah, yang selalu harus diingat saat biduk perkawinan menghadapi keadaan seperti apapun, untuk menyadari kehadiran Allah dan meminta pertolongan-Nya.
      Kehadiran-Nya di tengah keluarga tetap ada dan nyata, sekalipun relasi suami dan istri terasa mulai hambar. Sebab itu, ketika biduk kehidupan keluarga mulai oleng, jangan melepas tangan pasangan. Tetaplah berpegangan tangan, bahkan semakin erat.
      Berbeda dari biasanya, Sekolah Iman baru berakhir pkl. 20.30. Hal itu terjadi karena banyak umat yang hadir mengajukan pertanyaan tentang topik yang dibahas. Sore itu, tema bahasan adalah:  Membangun Keluarga Katolik Bahagia, merupakan bahasan akhir Perintah Keenam: Jangan Berzina, (prp)***