Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

BKS 2016:
Keluarga Bersaksi dan Mewartakan Sabda

Sesuai arah dasar kegiatan kerasulan Kitab Suci Nasional 2012-2016, Keluarga dan Sabda Allah masih menjadi fokus permenungan BKSN 2016.
      Jika BKSN 2013 bertema keluarga yang bersekutu dalam Sabda (2013), dilanjutkan tema beribadah dalam Sabda (2014), dan tema melayani seturut Sabda (2015), maka pada tahun 2016 umat Katolik Indonesia diajak untuk merenungkan bagaimana keluarga menjadi saksi dan mewartakan Sabda di tengah Gereja dan masyarakat.
      Keluarga diajak untuk terlibat dalam bersaksi dan mewartakan Sabda dalam perkataan dan perbuatan. Keluarga tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk gereja dan masyarakat. Sesuai amanat Tuhan Yesus Kristus, Ia mengajak pengikutnya untuk terus-menerus menjadi garam dan terang di tengah masyarakat. Karena misi inilah, motto BKSN 2016 dikutip dari Injil Matius “Hendaknya Terangmu Bercahaya” (Matius 5:16).

      Semasa Bulan Kitab Suci Nasional 2016 ini, Gereja Indonesia merenungkan bersama berturut-turut selama empat minggu, tema-tema pewartaan dan ke¬saksian sebagai berikut: 1. Yesus, model pewarta sejati (Luk. 4:16-21) 2. Saling bersaksi dan mewartakan dalam Keluarga (Kol. 3:12-17) 3. Bersaksi dan mewartakan dalam Gereja (Kis. 18:1-8) 4. Bersaksi dan mewartakan di tengah masyarakat (Mat. 5:13-16)
      Pada setiap pertemuan, metoda yang diterapkan adalah Lectio Divina (=Bacaan Ilahi) yaitu pembacaan Kitab Suci yang direnungkan dengan tujuan untuk berdoa dari Kitab Suci dan hidup dari Sabda Allah. Ketika membaca Kitab Suci, Allah bersabda dan umat mendengarkan, lalu berusaha memahaminya (Lectio). Umat juga berusaha untuk memahami pesan yang terkandung di dalamnya untuk dirinya dalam kehidupan sekarang (Meditatio). Setelah itu umat menyampaikan tanggapan dalam doa (Oratio). Sabda Allah yang didengarkan itu selalu diingat (Contemplatio) dan dijalankan dalam kehidupan (Actio).
     Tiga langkah pertama terjadi dalam proses pembacaan Kitab Suci, sedangkan dua langkah terakhir terjadi di dalam kehidupan yang nyata. Jadi, Lectio Divina tidak terbatas pada waktu orang membaca Kitab Suci saja, tetapi menyangkut sikap hidup orang beriman dalam kehidupan yang sebenarnya.(prp)***