Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Dialog Kaum Muda Lintas Iman:
Kenal, Saling Mengerti,
Berkarya Bersama untuk Membagi Cinta Tuhan

Keberagaman adalah fakta. Tuhan menciptakan alam dan isinya beragam. Maka, agar dapat hidup harmonis di tengah keberagaman masyarakat, setiap kaum muda hendaklah jadi pelopor yang membangun jembatan penghubung satu sama lain, sehingga bisa saling kenal. Dengan saling kenal, akan lebih mudah tumbuh saling pengertian, dan dari situlah bisa digalang kerjasama untuk berkarya dalam mengatasi persoalan bangsa.

     Kerjasama lewat karya untuk mengatasi persoalan bangsa berarti berkarya untuk orang lain, sesama. Berkarya bagi sesama adalah implementasi dari sikap mencintai sesama, sedangkan dengan mencintai sesama berarti membagikan cinta Tuhan.
Demikian benang merah dalam Dialog Lintas Iman bertema Menjadi Pelopor Peradaban Kasih Di Tengah Keberagaman, yang diselenggarakan oleh OMK Paroki St. Petrus & Paulus Babadan di Pendopo Kinanthi Ing Gusti Paroki Babadan, Rabu (28-04-2017).
     Diawali dengan menyanyikan bersama lagu Indonesia Raya, acara dibuka oleh Rm. Robertus Triwidodo selaku pastur Paroki St. Petrus & Paulus Babadan. Selain mengucapkan selamat datang, Rm. Triwidodo menyampaikan bahwa dalam dialog semacam ini tidak mudah mencari titik temu. Karena itu adalah lebih tepat menggunakan dialog karya untuk saling mengenal dan sebagai bekal untuk saling mengasihi. Sesama penggiat lintas iman bisa membangun persahabatan yang lebih tulus dan dalam.
    Dalam dialog tersebut, mengemuka pendapat bahwa tema yang diusung, adalah tema besar. Persoalannya, tema semacam itu sudah sering dibahas dalam beratus kelai dialog lintas iman, tetapi kondisi tidak berubah. Mengacu kepada pengalaman sendiri, peserta dialog mengakui bersyukur tinggal di Yogyakarta yang merupakan gambaran Indonesia mini dan dulu dikenal sebagai “melting pot,” sangat cair relasi antarpenduduk yang notabene banyak pendatang dari luar daerah bahkan luar pulau. Sayangnya, belakangan ini, muncul kecenderungan yang menyebabkan kondisi Yogyakarta berkembang mengarah ke “boiling pot,” membuat suasana “umub, mendidih.” Maka tantangan bagi peserta dialog ini cukup besar, yaitu agar apa yang dibicarakan dalam dialog ini sungguh beresonansi, membawa dampak bagi orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks itu, menjadi PR bersama untuk mengembalikan kondisi Yogyakarta ke kondisi yang dulu sangat “sejuk,” nyaman untuk semua.
     Dengan Yogyakarta sebagai model, keberagaman harus tetap dipertahankan karena indah. Keberagaman dibangun melalui jalur budaya. Mengutip pernyataan seorang peserta asal Tidore, jika tidak tinggal di Jogja mungkin dirinya tak akan seterbuka sekarang.
     Karena itu, Pancasila harus dijunjung tinggi agar sejahtera dan harmonis, seraya tetap memelihara dan mengembangkan kekayaan rohani dan nilai sosio-budaya pada masing-masing agama.
     Itu bisa dimulai dari diri sendiri dengan menularkan perbuatan baik sehari-hari yang sederhana namun mencerminkan cinta kasih. Dengan berbuat baik terhadap orang lain secara tulus, tidak pilih kasih, seseorang akan merasa damai. Tidak seorang pun dapat hidup damai selama tak ada damai di dalam hatinya. Penting menjaga dan mengkampanyekan kebaikan dari diri sendiri dengan hidup baik. Jika masing-masing bisa menghadirkan kebaikan berlandaskan kasih maka tak akan mudah terprovokasi. Dengan dilandasi cinta kasih, maka masing-masing pribadi akan terdorong menjadi pelopor peradaban kasih.
     Dialog diawali dengan pemaparan lima pembicara yang dimoderatori oleh Mukhibullah Ahmad dari Gusdurian Yogyakarta. Sedang pembicara mengemukakan pandangannya terkait tema yang ditawarkan dari sudut agama masing-masing, yaitu: I Nyoman Santiawan (Hindu), Ahmad Ghozi Nurul Islam (Islam), Vanda Laurend (Kristen), Oni Harnantyo (Buddha), dan Dian Nuri Ningtyas (Katolik).
     Dialog yang dilaksanakan dalam rangka Asian Youth Day 7th itu dihadiri sekitar 70 peserta, berasal dari berbagai kalangan seperti komunitas muda GKJ Maguwoharjo, komunitas muda Gereja Mawar Sharon, OMK Pangkalan, OMK Babadan, OMK Cangkringan, Gusdurian, komunitas muda GKJ Gejayan, Aspedo Dolo, Komunitas muda Hindu, santri Ponpes Al Qodir, Radio Wijaya Fm, mahasiswa Program Studi Agama dan Lintas Budaya Pascasarjana UGM, Karangtaruna Parikesit Dolo, Komunitas Novisiat OMI. Juga hadir suster CB dan sejumlah umat Paroki St. Petrus & Paulus Babadan. (MeTriP)***