Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Pekan AYD Paroki Babadan:
OMK Babadan Nyantri di Ponpes Al Qodir

“Wong Katolik kok nyantri di Al Qodir?”demikian pertanyaan pembuka Kang Ipin, ‘lurah’ Ponpes Salafiyah Al Qodir menyambut sekitar 50 OMK dan remaja Paroki Babadan, Minggu 23 April 2017. Kehadiran para OMK dan remaja yang didampingi beberapa orang tua itu dalam rangkaian kegiatan Pekan Asian Youth Day di Paroki Babadan. Salib AYD dan panji-panji yang selalu menyertainya, tampak berdiri di pojok sebelah utara ruangan pertemuan di lantai tiga tersebut.

     Semula Kirab Salib AYD memang hanya diagendakan diarak dari Gereja Babadan  sebagai gereja paroki ke Gereja Cangkringan yang merupakan stasi. Kyai Masrur pengasuh Ponpes Al Qodir yang mengetahui kehadiran Salib AYD yang sudah “berjalan” di 7 negara ini menghendaki Salib AYD bisa singgah di Ponpes Al Qodir. Maka ditingkah deru hujan lebat, rombongan OMK dan remaja serta orang tua beranjak dari Gereja Cangkringan dan tiba di Ponpes sekitar pk. 16.30. Salib AYD, bendera Indonesia, bendera Vatikan, panji-panji Keuskupan Agung Semarang dan panji-panji Kepausan ditahtakan di lantai 3 Ponpes tempat acara nyantri berlangsung.
     Meski udara dingin, kehadiran OMK dan remaja ini disambut hangat sekitar 30 santriwan-santriwati yang usianya juga sebaya dengan mereka. Segera acara dibuka dan dipandu Kang Ipin didampingi seorang santri dan Yulius Sanjaya, ketua panitia AYD Babadan. Kang Ipin mengibaratkan Ponpes Al Qodir sebagai “toko kelontong,” secara umum ponpes ini sama dengan ponpes lainnya, tapi di Al Qodir lebih “berwarna’ karena para santri berasal dari berbagai daerah dengan berbagai kondisi mereka, bahkan ada juga yang gila.
     Kehadiran para OMK dan remaja diharapkan bisa saling mengisi, saling belajar, saling berbagi kebaikan. Kang Ipin terharu, “Baru pertama kali ini ada acara OMK nyantri di Al Qodir,” ujarnya. “Ngajari mlebu swarga gampang, tapi ngajari urip angel,” demikian Kang Ipin menjelaskan bagaimana para santri itu dididik untuk berbuat baik pada sesama dan alam serta semua ciptaan Tuhan. Tujuannya agar mereka tidak terbawa arus seperti pada masa sekarang di mana orang bisa saling bermusuhan karena berbagai perbedaan.
      Sejatinya para santri ketika selesai berproses di Al Qodir dan terjun ke masyarakat, diharapkan mereka bisa bermanfaat bagi orang lain, sekalipun orang lain itu berbeda keyakinan. Karena setiap orang bisa berbeda teologi atau ajaran akhlak yang terwujud dalam perilaku keseharian, maka sudah selayaknya kita saling belajar dan menimba pengalaman dari perbedaan itu.
      Uluk salam “Assalammualaikum” Yulius Sanjaya sebagai tanda penghormatan dan persahabatan disambut antusias oleh para santri dan para OMK-remaja. Kemudian dia menguraikan secara ringkas bagaimana pendidikan sejenis ponpes yang juga terdapat di seminari dan biara, tempat para imam, biarawan-biarawati dididik. Dengan jujur Jaya mengakui sempat deg-degan ketika Pak Kyai “ngersakke” Salib AYD singgah di Ponpes Al Qodir karena dia belum pernah ke ponpes.
      Kyai Masrur dalam sambutannya merasa bahagia dan bangga. Kyai mengajak semua yang hadir untuk berbuat baik sebanyak mungkin dan menjauhi larangan Tuhan sejauh mungkin. Kita hidup bersaudara dengan sesama. Kita juga harus berbuat baik pada alam. Dia berharap hubungan baik terus terjalin, para OMK-remaja dan para santri terus berbuat baik, sehingga hal ini bisa menjadi contoh dan pesan damai bagi yang lain. Di akhir sambutannya Kyai Masrur mengucapkan terima kasih pada Rm Tri dan para OMK-remaja atas perjumpaan lintas iman itu.
      Rm Tri selaku pastor Paroki Babadan juga terkesan dengan sambutan hangat dan penuh sukacita dari komunitas Ponpes Al Qodir.
      Setelah saling bertukar tanda mata, para santri menunaikan ibadah shalat maghrib. Para remaja dan orang tua kemudian pamitan, sementara para OMK menunggu para santri selesai shalat.
      Suasana nyantri mulai cair ketika Putra Kyai Masrur, Abdul Jalal Al Qodir, yang disapa Jadul mempertanyakan, “Nyantri kok ming setengah dina.(Nyantri kok cuma setengah hari)” Pertanyaan putra Pak Kyai itu disambut tawa karena tidak menduga hal itu akan terlontar dari mulut bocah kecil yang ikut pentas hadroh di acara Pentas Seni Lintas Iman usai misa pembukaan Pekan AYD di Gereja Babadan, Sabtu 22 April.
      Nyantri yang diisi sharing dan berbagai permainan diakhiri pk. 21.00. Para OMK membawa Salib AYD kembali ke Gereja Cangkringan dan mengikuti adorasi. Acara diakhiri dengan makan malam bersama beralas daun pisang memanjang dengan duduk saling berhadapan.(MeTriP)***