Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Gereja St. Fransiskus Xaverius Cangkringan
Berkembang di Kaki Merapi

Keberadaan Gereja S. Fransiskus Xaverius Cangkringan diawali tahun 1930, ketika Fransiskus Xaverius Siswosarjono menjadi umat Katolik pertama di Ngemplak Timur. Pak Siswo dibaptis di Gereja St. Antonius Kotabaru, Yogyakarta dan mulai berkiprah sebagai katekisdi wilayah Sleman Timur dan Cangkringan. Beliau mengajar agama hingga ke daerah yang jauh seperti Turgo, Dero, dan Gadingan. 
    Tahun 1935 hadir Sebastianus Sunarko dari Moyudan, Sleman. Pak Sunarko lulusan dari SGB Muntilan, yang ditugaskan oleh Rm. Fransiscus Straeer SJ untuk membuka sekolah Sekolah Rakyat (SR, atau SD sekarang) di Cangkringan. Sekolah itu berkembang pesat meski masih bertempat di rumah penduduk. 
   Tahun 1930 didirikan gedung sekolah di tempat di mana sekarang kapel Cangkringan berdiri. Pak Siswo yang sebelumnya menjadi katekis turut diminta menjadi pengajar agama Katolik di SD tersebut. 
     Sewaktu tentara Jepang datang tahun 1942, sekolah itu diambil alih. Romo-romo keturunan Belanda diinternir.  Hanya ada satu romo yang melayani di DIY, yaitu Rm. C. Martowardoyo SJ.    Pasca-kemerdekaan, SD tersebut diambil-alih pemerintah, dan sekolah yang awalnya sekolah Katolik diubah menjadi SD negeri. Atas usaha Pak Sunarko, tahun 1972 gedung dan tanah sekolah itu berhasil dikembalikan ke Yayasan Kanisius. 
    Sebelum tahun 1970, misa di Cangkringan masih dilaksanakan di rumah-rumah umat, antara lain di rumah Bapak FX Siswosarjono, atau di rumah Yustinus Partosutardjo yang waktu itu menjadi Dukuh Koroulon, atau di rumah Bapak Sebastianus Sunarko. Misa diselenggarakan sebulan sekali, dipimpin oleh romo dari Kalasan atau Kotabaru. 
   Tahun 1976, Rm. Yoachim Suyadi, Pr dari Kalasan memprakarsai perbaikan gedung sekolah agar dapat dipakai sebagai kapel. Surat-surat tanah diputihkan dan gedung yang dipakai untuk kapel ditambah kuncung untuk membedakannya dengan rumah-rumah di sekitar.       Tahun 1977 misa sudah rutin diselenggarakan di kapel tersebut. Untuk mengenang jasa Rm Rm. Fransiscus Straeer SJ dan Fransiskus Xaverius Siswosarjono, St. Fransiscus Xaverius dijadikan santo pelindung kapel wilayah Cangkringan. 
  Gagasan membangun gereja untuk menggantikan kapel muncul tahun 1986. Pertimbangannya, jarak ke Klaten, Pakem, maupun Babadan di mana gereja ada, cukup jauh. Gagasan tersebut disetujui Keuskupan Agung Semarang. Dibantu oleh Rm. J Sunarko SJ (sekarang Uskus Purwokerto) dan Rm P Sudanahadi, Pr dari Gereja Pakem, umat membeli tanah di dusun Banjarharjo. Namun belakangan, tanah tersebut kehilangan akses yang memadai sehingga rencana untuk mendirikan gereja di atas tanah tersebut diurungkan. Rencana difokuskan kembali untuk mendirikan gereja di atas tanah SD yang luasnya 2345 m2.      Panitia Pembangunan dibentuk 22 Agustus 2005 dengan tugas merenovasi gedung gereja sehingga lebih layak dipakai untuk beribadat. Namun usaha awal penghimpunan dana berjalan lambat. Dana yang berhasil diperoleh hanya dari dana swadaya umat. 
   Akhir 2009, bersama Rm. Robertus Triwidodo, Pr, mulai gencar dilakukan upaya mencari dana ke luar kota, terutama Jakarta berkat bantuan Ibu FX Widyastuti dari BSD. Bantuan mengalir, pelan tapi berkelanjutan. 
    Perencanaan gedung gereja diserahkan kepada Yoseph Herman Yunior dan Ir. Wiryawan dari Universitas Atmajaya Yogyakarta. Pelaksanaan ditangani secara swakelola oleh Panitia Pembangunan, dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Vikjen KAS Rm. Pius Rana Prapti, 16 Oktober 2010. 
   Pembangunan sempat terhenti karena erupsi Merapi 2010 yang menyebabkan wilayah Cangkringan dikosongkan. Keuskupan Agung Semarang sempat meminta agar demi keamanan lokasi pembangunan ditinjau ulang. Namun, setelah berkonsultasi dengan pihak BPPTK DIY, umat bersama panitia yang didukung oleh Rm. Robertus Triwidodo, Pr, tetap memutuskan lokasi gereja yang akan dibangun adalah di tempat yang ditetapkan semula, yakni tempat di mana sekarang. 
   Kini Gereja St. Fransiskus Xaverius Cangkringan telah berdiri dengan megah. Berdasrakan data 2011, wilayah Cangkringan terdiri atas 5 Lingkungan, dengan 217 KK dan 362 umat (Sumber:  Mengenal Biji Sesawi, buku Kenangan Pesta Emas Paroki St. Petrus & Paulus Babadan).***