Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Alexander L. Pondaag (1):
Disembuhkan dan Dikuatkan
Saat Menerima Tubuh-Nya

Hampir sebelas tahun lalu Alexander L. Pondaag (54), terkena stroke, mengakibatkan pendarahan otak sebelah kiri.  Dia bersyukur, berkat rahmat-Nya yang diberikan terus menerus saat bertemu dengan-Nya dalam Perayaan Ekaristi, dia dikuatkan dan disembuhkan.
       Menurut Pak Alex, banyak orang yang terkena stroke seperti separah yang dialaminya, tidak lagi berkesempatan bersama keluarga.  Karena itu, kalau melihat kembali ke belakang dan merenungkan perjalanan hidupnya bersama keluarga selama sebelas tahun sejak terkena stroke, semua itu adalah rahmat dari Tuhan. Untuk itulah dia selalu bersyukur.  Untuk itulah dia berbagi dengan menulis dua buku kecil.   
      Maka, bagi Pak Alex, penyakit stroke yang menyerangnya tidak menjadi penghalang bagi Tuhan untuk memberikan berkat dan anugerah kepadanya, kepada isteri dan dua anaknya. 

    Semua rahmat itu dia peroleh karena dia datang kepada-Nya untuk mencari kesembuhan. Dia selalu menginginkan sentuhan dan jamahan Allah. Imannya mengatakan Allah pasti menyentuh atau menjamahnya lewat Yesus, asalkan dia terus menerus tekun berdoa, membaca Kitab Suci, dan yang terutama mengikuti perayaan Ekaristi serta menerima komuni suci yang menjadi sumber kekuatan baginya. Selama di rumah sakit, dia selalu menerima komuni suci. Saat itulah dia menyadari, dalam sakit dan penderitaannya, dia ditemani, dijamah, ditopang, dan disembuhkan oleh Tuhan Yesus sendiri. 
    Imannya berbuah. Perlahan-lahan ia sembuh, meski tidak pulih seratus persen. Setelah terserang stroke, tangan dan kaki kanannya cacat, membuatnya harus melangkah terpincang-pincang saat berjalan kaki. Ia tak lagi mampu berbicara secara lancar. Semua itu dia hayati sebagai rahmat. Karena itu dia selalu beryukur atas rahmat yang diterimanya melalui ungkapan yang selalu didaraskannya: “Aku menghayati rahmat dalam keterbatasan.” 
     
     
Dini hari
   Sabtu, 22 Juni 2002, dini hari.  Saat terbangun dari tidurnya, dia merasa tak bisa menggerakkan tubuh. Bagian tubuh sebelah kanan sama sekali tidak bisa merasakan apa-apa, juga tidak bisa digerakkan. Mulutnya bahkan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Waktu itu keluarganya masih tinggal di Bekasi. 
      Setelah diberi obat penurun tekanan darah oleh dokter yang segera dipanggil ke rumah, dia segera dilarikan ke RS Carolus, Jakarta. Menurut dokter, dia mengalami pendarahan otak di sebelah kiri. Empat hari dia tidak sadarkan diri. Dia menerima Sakramen Pengurapan.  
       Pak Alex dirawat di rumah sakit selama sebulan tujuh hari.  Setelah pulang ke rumah, dia membiasakan diri dengan keadaan baru yang harus dihadapinya. Dia harus berjalan dengan bantuan tongkat. Menjalani upaya pemulihan lewat fisioterapi atau terapi wicara.  Minum obat secara teratur, berolahraga secara teratur walau harus ditopang tongkat, mengonsumsi makanan dengan menu yang direncanakan dan diawasi secara ketat. Berkat bantuan isterinya, semua itu bisa dijalaninya dengan sabar.  
        Ada satu hal yang menguatkannya.  Selama di rumah sakit, ketika saat menerima komuni suci dalam keadaan sakit, dia sungguh mengalami kepenuhan kehadiran-Nya,  yang datang menemani, menyentuh, dan menyembuhkannya.  Pengalaman itu menumbuhkan kerinduan dan semangat untuk selalu mengikuti Perayaan Ekaristi. Dia selalu rindu dan ingin berjumpa dengannya dalam Perayaan itu. Dia ingin merasakan sentuhan-Nya, berkat-Nya,  memperoleh kekuatan dari-Nya, yang hadir lewat komuni suci.  
     Dan karena itu, setelah berada di rumah, dia selalu berdoa setiap saat, termasuk mendaraskan doa Rosario, seperti yang dilakukannya ketika di rumah sakit. Dia  juga selalu berupaya tak pernah melewatkan Perayaan Ekaristi.  
      (PRonP/MEttyTriP-bersambung).