Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Rm. L Prasetya, Pr dalam Pembekalan DP Babadan:
Upaya Mencapai Tujuan Menjadi Gerakan Bersama

Kalau pemeluk Hindu, pada Senin 31 Maret 2014 nyepi, Pengurus Dewan Paroki St. Petrus & Paulus Babadan. Justru memanfaatkan hari itu untuk pembekalan pengurus baru Dewan Paroki (DP) periode 2014 -2016 di Wisa de Mazenod OMI Condong Catur. 
      Menurut Wakil Ketua DP, V Jaya Supena, pembekalan ini merupakan bagian serangkaian pembekalan
yang telah dilakukan, termasuk pembekalan menghadapi pemilu legislatif 9 April 2014 yang saat itu menghadirkan pembicara Dr. Lukas dari Universitas Atmajaya dan Rm. Mali dari Seminari Tinggi Kentungan. 
      Pada pembekalan kali ini, sebagai pembicara adalah Rm. Laurent Prasetya, PR, Pastur Kepala Paroki St. Antonius Padua, Kendal. Mengawali pembekalan, Rm. Prasetya mengajukan pertanyaan untuk direnungkan oleh setiap pengurus DP: Semangat apa yang mau dibangun dalam kepengurusan ini? Semangat yang dibangun tentunya bekerja sama dengan setiap orang, agar tujuan tercapai. Upaya mencapai tujuan bukan hanya digerakkan 1-2 orang, melainkan menjadi gerakan bersama. 

Capaian
     Apa yang hendak dicapai dan bagaimana hal itu bisa diujudkan adalah pertanyaan berikut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu merujuk visi dan misi Paroki St. Petrus dan Paulus Babadan, yaitu menjadi paroki yang semakin signifikan dan relevan bagi umat dan masyarakat. Ini merupakan capaian yang diharapkan merupakan hasil kerja dari Dewan Paroki yang baru. 
    Signifikan berarti bernilai, memiliki harga atau mutu yang penting sehingga kehadiran dan gerakan yang dilakukan sungguh penting dan diperhitungkan karena memiliki nilai tinggi bagi umat dan masyarakat. 
     Relevan berarti sesuai atau gayut, memiliki kesesuaian, kegunaan, peran, pengaruh yang sambung dengan kehidupan kongkrit umat dan masyarakat. 
    Ujud dari capaian tersebut hendaknya memberikan kesaksian hidup yang nyata. Hanya dengan demikian maka paroki tidak ditinggalkan umat maupun masyarakat. 

Inspirasi 
    Sebagai sumber inspirasi DP, Rm. Prasetya mengajak para pengurus DP Babadan untuk merenungkan bacaan Injil Lukas 4: 16-22. 
     Mengacu kepada bacaan tersebut, hal pertama yang bisa dipelajari adalah tentang konteks. Dalam bacaan disebutkan konteks kejadian yang digambarkan adalah rumah ibadat di Nasaret dan membaca Kitab Yesaya 61: 1-2. Dikaitkan dengan tugas pengurus DP Babadan, maka konteksnya adalah paroki dan tugas yang diemban. 
      Hal kedua adalah dasar dari kegiatan.  Dalam menjalankan kegiatan, seluruh pengurus DP hendaknya mengandalkan bimbingan Roh Kudus. Seperti disebut pada ayat 18a:  Roh Tuhan ada pada-Ku.(ay. 18a). 
    Selanjutnya, adalah tugas pelayanan. Dalam bacaan (aya. 18b - 19) disebut bahwa tugas yang dijalankan mencakup: menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, membebaskan orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, membebaskan orang-orang tertindas, dan memberitahu bahwa rahmat Tuhan telah datang. Semua tugas pelayanan tersebut harus diaktualkan sesuai dengan keadaan sekarang. 
    Akan tetapi, tugas pelayanan yang dilakukan harus berbuah secara nyata bagi orang lain. Dari orang lain itulah diperoleh pengakuan atas adanya buah tersebut. Dalam bacaan disebut: …. mata semua orang dalam rumah ibadat tertuju kepada-Nya (ay. 20) dan ….semua orang membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya.(ay. 22). 
    Menurut Rm. Prasetya, pengakuan orang lain seperti itulah hendaknya yang menjadi ukuran atas keberhasilan tugas yang dilaksanakan. 

Musuh Diri 
     Dalam upaya menuju capaian itu, ada kendala yang disebut musuh diri. 
   Musuh diri yang pertama adalah rutinitas. Artinya menjalankan kegiatan seperti yang sudah biasa dilakukan. Rutinitas membangun kebiasaan. Selanjutnya, kebiasaan membangun kenyamanan. Kemudian, kenyamanan menumbuhkan kelalaian. Itu sebabnya menjalankan kegiatan berdasarkan rutinitas menjadi musuh diri. 
     Musuh diri yang kedua adalah takut mengambil resiko. Umumnya kebanyakan orang takut mengambil resiko. Padahal perubahan selalu mengandung resiko. Kalau takut mengambil resiko, tidak ada perubahan. 
      Musuh diri yang ketiga adalah masa lalu. Masa lalu membelenggu dan mematikan orang. Hidup menjadi statis, hidup hanya dijalani sebagai  rutinitas belaka. 

Berubah 
     Pergantian pengurus Dewan Paroki dan pengurus lama ke pengurus yang baru sudah tentu dilatarbelakangi harapan bahwa pengurus baru akan mampu membawa perubahan. Alasan dua alasan yang mendasari harapan tersebut. Di satu sisi tuntutan umat berubah, di sisi lain tuntutan Keuskupan juga berubah. Akan tetapi agar mampu menghasilkan perubahan, maka pengurus Dewan Paroki harus berubah terlebih dulu. Apakah yang harus berubah? Ada tujuh hal yang perlu berubah dalam diri setiap pengurus, yaitu cara berpikir, penampilan, keyakinan, keberhasilan, interaksi, dan komunikasi. 
     Cara berpikir. Perlu mengembangkan cara berpikir yang menghasilkan gagasan segar dan baru, yang mudah dipahami dan diterima orang lain. Dicontohkan, cara berpikir bahwa umat yang selama ini kurang aktif perlu ditunjuk menjadi pengurus agar menjadi lebih aktif, harus ditinggalkan. Begitu pula cara berpikir yang menganggap suatu program atau kegiatan cukup dilakukan sebagaimana biasa, sebab cara itu yang telah dilakukan sekian lama, perlu disingkirkan. 
      Keberhasilan. Saat menjabat sebagai pengurus, sudah tentu bertanggung jawab menjalankan program. Merencanakan dan menjalankan program tidak lagi layak kalau hanya berdasarkan ‘katanya’. Harus selalu dipertanyakan: Apa tolok ukur yang layak digunakan dalam menjalankan program, dalam menentukan keberhasilan suatu program. 
      Penampilan. Penampilan penting diperhatikan, untuk untuk menunjukkan jati diri sebagai orang beriman. Penampilan ini mencakup cara berpakaian, cara bertutur, cara bersikap. 
      Keyakinan. Pengurus Dewan Paroki dituntut untuk memiliki keyakinan teguh, iman yang mendalam dan tangguh, termasuk memiliki pengetahuan iman yang mendalam. Pengetahuan iman yang mendalam penting mengingat kedudukannya sebagai pengurus akan diposisikan umat sebagai panutan dan sekaligus tempat bertanya. 
     Interaksi. Berinteraksi dengan umat maupun masyarakat sangat penting. Setiap pengurus Dewan Paroki hendaknya tetap berinteraksi dengan umat, baik dilingkungan maupun di gereja. Tidaklah benar, setelah menjadi pengurus Dewan Paroki, lalu tidak pernah lagi menghadiri pertemuan lingkungan. Juga tidak benar jika tidak mau lagi menghadiri pertemuan RT dengan alasan sibuk di paroki. 
      Komunikasi. Setiap pengurus Dewan Paroki hendaknya mengembangkan cara berkomunikasi yang baik, terlebih saat menyampaikan berbagai program kerja dan mengajak umat untuk mau ambil bagian. Selian itu, komunikasi yang baik akan terbentuk jika pengurus DP mau menyapa setiap umat dan anggota masyarakat. Untuk itu perlu menjalin komunikasi dengan mengembangkan senyum. Sebab senyum mengembangkan persahabatan, senyum mengembangkan cara berpikir positif (positive thingking), senyum mendamaikan hati, senyum meringankan beban hidup, dan senyum menjadi sumber berkat. 

Karakter Kepemimpinan 
     Dalam menjalankan tugas pelayanannya sebagai pengurus Dewan Paroki, setiap pengurus hendaknya mengembangkan tiga karakter kepemimpinan, yaitu kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan transformatif, dan kepemimpinan empowering (memberdayakan). 
   Kepemimpinan partisipatif adalah kepemimpinan yang mengikut sertakan orang lain dalam setiap pengambilan keputusan maupun pelaksanaan kegiatan. Dengan kata lain, kepemimpinan partisipatif selalu menyediakan ruang dan kesempatan bagi orang lain untuk ambil bagian dan terlibat. 
     Kepemimpinan transformatif adalah kepemimpinan yang berupaya mengembangkan kemampuan orang lain, mengupayakan orang lain dapat berkembang dan mampu mengubah diri sendiri maupun lingkungan secara mendasar di segala bidang kehidupan. 
     Kepemimpinan empowering (memberdayakan) adalah kepemimpinan yang berupaya memberdayakan orang lain agar memiliki kemampuan untuk bekerja secara mandiri. 

Orang beriman 
     Pengurus Dewan Paroki, sebagaimana dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2011 – 2015, sungguh menjadi umat yang beriman mendalam dan tangguh. 
      Beriman mendalam berarti memiliki pengetahuan iman yang benar, serta memiliki keintiman dengan Allah, dalam Yesus Memiliki pengetahuan iman berarti memahami dan mendalami ajaran gereja, pengakuan iman, ajaran moral, ajaran sosial, tradisi iman, dsb. Dengan memiliki pengetahuan iman pengurus Dewan Paroki menjadi orang beriman secara cerdas dan bertanggung jawab. 
     Seperti apa orang yang intim dengan Allah? Intim dengan Allah berarti mengalami dicintai dan mencintai Allah. Pengalaman intim dengan Allah diperoleh apabila tekun dan setia dalam doa serta mengalami latihan rohani. 
     Kemudian, memiliki iman yang tangguh berarti beriman tak tergoyahkan. Dalam hal ini, setiap pengurus Dewan Paroki seyogyanya senantiasa merenungkan disposisi diri: Mana yang lebih banyak berpengaruh, antara bagaimana seseorang bergumul dengan berbagai peristiwa dan pengalaman hidup yang dihadapi – termasuk ketika mengalami kepahitan dan kebuntuan dalam hidup – dan ketika berhadapan dengan orang lain dan orang tersebut mempertanyakan iman yang dimiliki. 
     Menurut Rm. Prasetya, pergumulan seseorang dengan berbagai peristiwa dan pengalaman hidup yang dihadapi, termasuk ketika mengalami kepahitan dan kebuntuan dalam hidup, merupakan tantangan lebih berat bagi seseorang dalam membangun iman yang tangguh. Sedangkan tantangan yang dihadapi sewaktu ada orang lain yang mempertanyakan iman yang dimiliki, lebih mudah diatasi dengan menggunakan pikiran rasional. ***