Bahasan terakhir dalam Sekolah Iman di Gereja St. Petrus & Paulus babadan, Rabu (28 Mei 2014) tentang Lingkaran Paskah yang antara lain terkait dengan gereja perdana telah menghidupkan diskusi dan sekaligus mengungkapkan kondisi umat lingkungan yang berbeda-beda.
Diskusi dan sharing itu diawali pertanyaan salah satu umat tentang kehidupan gereja perdana. Pertanyaan itu diajukan setelah Rm. Robertus Triwidodo, Pr
menyampaikan penjelasan ringkas tentang kapan sesungguhnya gereja dilahirkan. Usai menjawab pertanyaan tersebut, Rm. Triwidodo lantas bertanya tentang kondisi umat di lingkungan masing-masing: Apakah rajin menghadiri pertemuan? Apakah bersemangat memperdalam pengetahuan iman bersama-sama dalam pertemuan seperti yang diagendakan KAS, yaitu Bulan Katakese Liturgi (BKL)?
menyampaikan penjelasan ringkas tentang kapan sesungguhnya gereja dilahirkan. Usai menjawab pertanyaan tersebut, Rm. Triwidodo lantas bertanya tentang kondisi umat di lingkungan masing-masing: Apakah rajin menghadiri pertemuan? Apakah bersemangat memperdalam pengetahuan iman bersama-sama dalam pertemuan seperti yang diagendakan KAS, yaitu Bulan Katakese Liturgi (BKL)?
Tidak semua kondisi lingkungan tergambarkan saat itu. Namun dari penuturan beberapa umat yang secara acak diminta Romo untuk menceritakan keadaan di lingkungan masing-masing, terungkap bahwa kondisi di setiap lingkungan berbeda satu sama lain.
Pertemuan doa rosario yang sekaligus menjadi pertemuan BKL, menjadi contoh. Di suatu lingkungan, doa rosario dan pertemuan BKL berlangsung sinambung dan dihadiri banyak umat. Di lingkungan lain, umat yang menghadiri pertemuan tersebut pada minggu pertama lumayan banyak. Jumlah umat yang hadir merosot pada minggu kedua, bahkan pernah hanya di hadiri dua keluarga. Keluarga pemandu dan keluarga tuan rumah. Lalu jumlah umat yang hadir meningkat lagi pada minggu terakhir dan terutama pada malam penutupan. Di lingkungan lain lagi, pertemuan ada yang terhenti di tengah jalan, ada yang hanya diselenggarakan 4 kali.
Selain itu, juga diungkapkan bahwa masalah lain yang diduga bisa menjadi kendala juga menyangkut materi panduan, dan cara pemandu dalam mengarahkan jalannya pertemuan. Kedua faktor ini bisa menyebabkan umat tidak antuasias menghadiri pertemuan.
Mendengar penuturan tersebut, Rm. Triwidodo meminta Litbang Paroki agar segera merancang evaluasi kondisi pertemuan di setiap lingkungan. Hasil evaluasi akan dijadikan dasar untuk merencanakan kegiatan pastoral.***