Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Paguyuban Purnakarya:
Pembawa Tugas Misioner Kaum Lansia

Oleh : B.Murhadi*

     Gejala masa kini yang muncul di kalangan orang berusia lanjut adalah meningkatnya upaya-upaya perorangan maupun kolektif untuk meningkatkan sisa-sisa daya yang mereka miliki untuk tetap eksis dan daya guna yang optimal. Mulai dari sekedar momong cucu dan sembur dan tutur sampai mengembangkan hobi yang menghasilkan, maupun bisnis sampingan yang income oriented
Hal itu terutama disebabkan oleh peningkatan kualitas hidup, sehingga jumlah mereka semakin meningkat. 
    Data statistik menyebutkan bahwa pada tahun 2020 nanti jumlah lansia dunia bisa mencapai 40 % dari penduduk dunia. Gejala tersebut sah-sah saja,dan mendapat dukungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang pernah menyatakan bahwa tahun 1999 dijadikan sebagai tahun Lansia Internasional. Masih ditambah lagi restu dari Dewan Kepausan menyerukan agar martabat dan hak-hak asasi kaum lansia dihormati dan menyerukan agar persoalan tersebut ditangani dengan rasa tanggung jawab yang besar dari semua pihak. (“Dari Roma untuk Lansia,” Kanisius ). 
  Dengan penghormatan hak-hak asasi kaum lansia diharapkan kaum lansia mampu merasakan kondisi-kondisi hidup yang lebih manusiawi dan memainkan peranan di masyarakat yang sedang mengalami perubahan ekonomi dan budaya yang cepat dan terus menerus. 

Menjadi tua
    Proses menjadi tua adalah peristiwa alami dan tidak harus dihindari. Ibarat sebatang pohon menua ditandai dengan daun yang menguning dan akhirnya berguguran ke tanah. Pohon berkurang kemampuannya berbunga dan menghasilkan buah. Meranggas dan akhirnya pohon itu tumbang mati. 
   Manusia mula-mula memiliki kurang lebih 1,5 triliun jaringan-jaringan tubuh. Tetapi menginjak umur 40 tahun jaringan-jaringan tersebut mulai pengurangan karena mati. Berkurangnya jumlah jaringan tubuh itulah hakekat proses penuaan manusia. 
Dalam bahasa Jawa terdapat ungkapan-ungkapan negatif berkaitan orang yang mengalami proses penuaan: 
  • Blabur : (Pandangan kabur): Berkurangnya jaringan-jaringan dan fungsi syaraf penglihatan. Butak : (botak): Berkurangnya jaringan rambut di kepala. 
  • Budheg: (tuli): Berkurangnya jaringan dan fungsi pendengaran. 
  • Bloon: (Bodoh/): Berkurangnya jaringan dan fungsi otak, pelupa. 
  Keempat gejala tersebut menyebabkan orang menjadi: murung. mengeluh, depressi, kehilangan kesabaran. Di lain pihak orang tua menjadi: mengatur (memaksakan kehendak), melawan (sok melindungi), monopoli (menguasai untuk kepentingan diri sendiri). Orang lazim mengatakan post power syndrome
   Karena menjadi tua adalah suatu keniscayaan, maka setiap oarang harus mempersiapkan diri jangan sampai gejala-gejala buruk diatas berlarut-larut sehingga menjadi orang tua yang tuwo tuwas, sepuh sepah, amung dadi ampas

Sisi Positif 
  Dalam suatu seminar sehari mengenai Dinamika Kehidupan Lansia disebutkan: Untuk menyiasati gejala tersebut, hendaklah kita mewarisi apa yang terdapat di Amsal 3:16b, tentang kekayaan dan kehormatan. Kekayaan yang paling berharga adalah kesehatan yang utuh, meliputi: kesehatan jasmani, emosional, intelektual, spiritual, finansial dan rumah tangga. Sedangkan manusia dewasa mendapatkan kehormatan yang utama yang berdampak positif bagi kaum muda: 

  • Dicinta sebab mencinta. 
  • Dimintai nasehat, sebab bijaksana. 
  • Menjadi teladan sebab menjaga kehormatan dan selalu konsisten. 
  • Menjadi pendorong sebab tidak putus asa. 
  • Menjadi pemersatu karena cinta damai dan menerima perutusan iman. 
  • Dihormati karena melayani dan memiliki pengalaman hidup. 
  • Sabar dan pasrah kepada Tuhan karena hatinya penuh kerinduan. 
Paguyuban
     Orang yang memasuki masa tua mengalami proses kehilangan persahabatan pribadi akrab yang telah lama dibina. Hal ini sering disebut masa Sindrom Sangkar kosong (Empty Nest syndrome). 
   Persahabatan dengan anak dan cucu hilang karena mereka meninggalkannya (pindah tempat tinggal, bekerja dilain tempat,dsb.). Persahabatan pribadi dengan kolega juga  hilang (karena pensiun). Akibat hilangnya kontak sosial dan perhatian dari lingkungan,  timbul gejala sedih hati, rasa hampa, tidak ada nafsu makan, depresi, dan mungkin cenderung berpikir untuk bunuh diri. 
   Salah satu upaya mengatasi sindrom-sindrom yang melanda pada masa lansia adalah pembentukan paguyuban-paguyuban kategorial yang memungkinkan para orang tua dapat mengoptimalkan sisa –sisa daya yang masih dimiliki para orang tua. Bagaimanapun mereka itu akan dipanggil oleh Tuhan. Sebelumnya, mereka masih memiliki kharisma-kharisma/potensi-potensi yang dapat dioptimalkan demi memenuhi perutusan mereka sebagai murid-murid Kristus. Dengan paguyuban maka orang yang memasuki masa lanjut usia memperoleh /mendapatkan : 




  • Interaksi sosial sebagai perwujudan keakraban mistik dengan Tuhan,mencintai sesama seperti mencintai dirinya sendiri; 
  • Tukar informasi (masalah politik ekonomi ,sosial dan kesehatan/ kebugaran,penyaluran hobi,usaha sam[pingan dsb.); 
  • Rekreasi/anjangsana.
Selain itu, tugas perutusan mereka sebagai lansia bisa tersalurkan dan sekaligus didukung melalui paguyuban.

Hambatan dan tantangan 
    Tugas misioner kaum tua adalah wajib menjadi pembawa suka cita dan membawa suasana damai dan sejahtera. Tugas mulia tersebut banyak sekali menemui hambatan dan tantangan. Hambatan dan tantangan tersebut disebabkan oleh gejala-gejala masyarakat global dewasa ini, antara lain (Rm M.Nur Widipranoto Pr.: Perutusan Iman di masa tua,Seminar Domus Pacis, Puren): 

  • Relativisme dan Subyektisme: Gejala hilangnya pegangan mutlak untuk umum. Banyak orang hanya memegang kebenaran versi dirinya sendiri. Segalanya disesuaikan kepentingan pribadi atau sekelompok orang untuk kepentingan pribadi atau sekelompok itu sendiri. 
  • Pendangkalan nilai hidup. Berkaitan dengan budaya instan. Orang mengabaikan sisi proses. Semuanya serba mudah diperoleh, sehingga mengurangi kedalaman penghayatan hidup. 
  • Masyarakat tanpa nilai. Pendangkalan hidup tersebut mempengaruhi sikap hidup yang membuat segalanya cepat usang, dan orang menjadi bingung untuk menentukan diri. Orang sulit menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Hidup yang tidak memiliki akar untuk pegangan menghadapi kenyataan yang selalu berubah. 
  • Sikap batin rentan. Karena hidup yang tidak berakar mendalam dengan kebiasaan olah hati, maka orang mudah merasakan kesepian. Hubungan personal hilang. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri. Orang banyak yang mencari untung sendiri. 
   Untuk menjalani perutusan sebagai murid-murid Yesus bagi yang sudah masuk usia tua, dapat dilakukan langkah –langkah antara lain: 
  • Mengembangkan kehidupan mistik. Bukannya lari ke hal-hal yang mistis. Tetapi kehidupan dengan membangun relasi yang lebih intim dengan Allah. Bagi lansia yang kondisinya lebih banyak berada dalam keadaan sendiri, hal ini justru menjadi kesempatan untuk mengembangkan olah batin yaitu hubungan personal dengan Tuhan. Dalam kehidupan rohani yang menjadi poros segala usaha menuju pengembangan kesempurnaan. 
  • Mengembangkan keterbukaan pada realitas. Masa tua adalah suatu masa dimana terjadi berbagai kemerosotan yang menyebabkan adanya krisis, kesepian dan penderitaan lainnya. Semua dapat terjadi dalam diri sendiri maupun dalam lingkungannya. 
  • Mewartakan Yesus. Karena hubungan intim personal dengan Allah (mistik) dan keterbukaan pada realita diri dan orang lain, orang yang sudah tua justru menjadi teladan keberanian mewartakan Kristus baik dalam keluarga maupun masyarakat sekitar. Pewartaan terutama terjadi lewat kehidupan sehari-hari. Segala perbuatan dilandaskan pada pola kehidupan pribadi Tuhan Yesus Kristus. “Mereka secara sederhana dan tidak terpengaruh, memancarkan iman mereka dalam nilai-nilai yang di luar nilai-nilai yang sedang berlaku ........ Melalui kesaksian tanpa  kata-kata ini orang-orang Kristen membangkitkan pertanyaan-pertanyaan dalam hati orang-orang yang melihat bagaimanakah orang-orang Kristen hidup” (Evangelii nuntiandi no.21).***
*Ketua Tim Kerja Paguyuban Purnakarya Paroki St. Petrus & Paulus Babadan