Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Opini:
Di mana OMK saat Doa Lingkungan?

Oleh: Lingk. St. Martinus, Wilayah IV, Cangkringan 

      Orang Muda Katolik (OMK) sebagai bagian kategorial gereja adalah tombak penerus gereja masa kini dan yang akan datang. Sejatinya, mereka adalah pemegang kendali dalam mewartakan Injil di era globalisasi seperti sekarang ini. Peran, semangat, serta keterlibatan mereka adalah harapan umat sejak dulu. 
      Tak hanya pikiran cemerlang yang
dibutuhkan untuk membantu penggalangan dana. Tak hanya suara merdu saat paduan suara. Tak pula hanya seringnya tidur di gereja demi turut menjaga keamanan. Hal  yang terpenting adalah keterlibatan dalam kegiatan spiritual kerohanian. Doa atau sembahyangan adalah satu kegiatan rutin lingkungan yang bertujuan memperdalam iman kekatolikan. 
     Namun satu hal yang menjadi keprihatinan umat. Di tengah kekhusyukan doa Litani Hati Kudus Yesus yang dipanjatkan, di tengah merdunya pujian Semua Bunga Ikut Bernyanyi, serta di tengah kemeriahan doa umat yang saling bergiliran, tak terlihat sosok OMK di situ. Mereka tak ikut hadir dalam perkumpulan doa yang sejatinya dapat membantu dalam membentuk iman dan karakter. 
     Lantas ke mana mereka saat itu? Adakah yang salah dengan doa lingkungan sehingga membuat mereka menarik diri dari kegiatan rutin itu? 

Budaya gadget
      Tak dapat dipungkiri, bahwa dunia semakin berkembang. Zaman semakin maju dan penuh dengan tawaran menarik. Perkembangan gadget sebagai salah satu sarana komunikasi adalah cermin kemajuan jaman ini. Begitu pula dengan maraknya mall-mall besar yang lengkap dengan fasilitas bioskop, food court, dan arena bermain. Hiburan itu seakan menjadi pilihan menarik remaja dibandingkan harus duduk diam mengikuti keheningan doa bersama umat di lingkungan. 
    Zaman semakin maju, tantangan pun akan semakin besar. Saat remaja lebih tertarik berinternetan di rumah atau menyaksikan film di bioskop, pengaruh  negatif akan mudah muncul. Mereka belum mampu menolak tantangan-tantangan buruk yang sebenarnya dapat menjerumuskan mereka ke dalam dosa. Seperti kemudahan berkomunikasi melalui jejaring sosial yang pada akhirnya mengakibatkan munculnya sifat individualis, introvert, dan tak peduli pada lingkungan. 
    Bahkan kemudahan berkomunikasi juga bisa memunculkan dampak terburuk yaitu pergaulan bebas yang diakhiri dengan kehamilan di luar nikah. Kasus seperti ini tak lagi asing di telinga kita. Kerap terdengar adanya salah satu anggota OMK yang harus melepaskan iman kekatolikannya demi mengikuti pasangan lantaran telah hamil di luar nikah. 
Paroki seakan meletakkan kasus ini sebagai masalah utama remaja di zaman modernisasi saat ini. Bayangan kelam itu seakan menjadi momok dalam diri orang tua. Namun apakah hal itu hanya sekedar menjadi ketakutan belaka? Apakah tak ada tindakan nyata agar menarik buah hatinya dari kejamnya perkembangan jaman sekarang ini? 
    Keterlibatan dalam doa lingkungan sejatinya bisa menjadi tameng bagi remaja dalam menghadapi kerasnya hidup. Melalui kotbah yang disampaikan Prodiakon, remaja bisa semakin mengerti kasih Yesus kepada manusia. Kasih Yesus pada remaja yang telah memberikan orang tua yang pengertian. Kasih Yesus pada dirinya yang telah melimpahkan kecerdasan dan kemandirian. Munculnya kesadaran bahwa Yesus selalu menyertai, akan memunculkan pula kekuatan Kekatolikan remaja. Iman Katolik yang kuat, bisa menjadi modal bagi remaja dalam menapaki tantangan hidup. 

Perlu terobosan
     Tentu sulit untuk menumbuhkan ketertarikan remaja pada kegiatan lingkungan. Hal itu tak dapat tumbuh dengan sendirinya. Perlu peran orang tua agar anak-anaknya mau terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan. Orang tua perlu menyadari bahwa doa lingkungan juga berguna dalam pembentukan karakter remaja yang notabene masih mencari jati diri. 
    Dalam proses pencarian itu, remaja butuh pengakuan dari siapapun, begitu juga dari lingkungan. Sambutan dengan tangan terbuka, memberi kesempatan remaja untuk menjadi petugas doa lingkungan, serta menciptakan model doa yang tidak konvensional namun menarik untuk remaja adalah salah satu daya tarik bagi mereka. 
      Umat sebagai warga gereja memiliki tugas penting yaitu mewartakan Injil dengan cara yang baru. Doa lingkungan tidak hanya diisi dengan pembacaan doa tetapi semakin diteguhkan dengan cerita kesaksian umat. Dengan cara demikian OMK perlahan menyadari bahwa doa lingkungan jauh dari bayangannya yang hanya duduk diam mendengarkan ceramah. Ternyata ada komunikasi iman yang terjalin antarumat dan menjadikan dialog rohani semakin hidup. Sharing dan berbagi kisah hidup menggereja seperti itu menjadi cara efektif untuk semakin menyadari bahwa Tuhan nyata hadir dalam hidup umat Katolik. 
       Seiring berjalannya waktu, keberanian menceritakan kisah kasih Tuhan pada sesama umat Katolik akan menuntun kita untuk berani mewartakannya pada masyarakat luas. Kegiatan evangelisasi berupa keberanian tampil sebagai pewarta Injil di tengah era global seperti ini adalah buah manis dari kekuatan iman yang mendalam dan tangguh. 
OMK yang tertarik dan akhirnya mau turut menceritakan kesaksian berimannya, akan semakin menyadari bahwa keterlibatan mereka sangat dinantikan gereja. Gereja membutuhkan suara remaja dan tak lagi bertekun mengikuti pola pikir orang tua yang sudah terlalu lama bergelut dalam kehidupan menggereja. 
       Kekuatan iman remaja adalah modal dalam hidup menggereja, hidup dalam lingkungan masyarakat, bisa menjadi misionaris untuk teman sebayanya dan juga modal dalam mengkritisi perkembangan jaman. Dengan begitu, harapan gereja yang pernah dicanangkan dalam tema tahun 2009 yakni Orang Muda Katolik Menggugah Dunia, menjadi nyata.***