Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman:
Isyarat Kerinduan akan Persaudaraan Sejati

R Triwidodo
Peserta Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman yang berlangsung Jumat – Minggu, 24 – 26 Oktober 2014 di Aula SMA Pangudi Luhur van Lith, Muntilan,  melimpah. Ini bisa dimaknai sebagai isyarat bahwa umat sungguh merindukan terwujudnya persaudaraan sejati lintas iman. 
   Isyarat tersebut diperkuat oleh isyarat lain, yang mengemuka lewat sejumlah pertanyaan maupun pernyataan yang dilontarkan peserta kepada pembicara. Sejumlah peserta mengatakan, sudah lama menunggu adanya hajatan seperti kongres ini. Sebagian lagi mengusulkan, peserta hendaknya mencakup seluruh elemen bangsa, entah yang moderat atau garis keras.

Keluarga membentuk manusia, membangun masyarakat

Keluarga adalah tempat di mana kita dibentuk sebagai manusia. Setiap keluarga adalah batu bata yang membangun masyarakat(23 Okt). 

Doa Rosario Malam Hari di Novisiat OMI

Sebuah lilin besar menyala di depan patung Bunda Maria. Lilin itu tegak berdiri di tengah pelataran sekitar dua meter persegi. Di kiri kanan pelataran, ada kolam berukuran sekitar 1 x 3 meter. Air kolam itu bergemericik ketika jatuh ke kolam berukuran sekitar 2 x 8 meter, yang permukaannya sekitar 50 sentimeter lebih rendah. 
    Di seberang kolam, di pelataran seluas kira-kira 4 x 12 meter, sekitar tiga puluh umat Lingkungan St. Ignatius Paroki St. Petrus & Paulus Babadan, duduk di atas kursi plastik menghadap patung Bunda Maria. Mereka mendaraskan doa Rosario. Malam itu, mereka memang tidak berdoa di rumah kediaman salah satu umat. Sejak pkl. 19.15, Sabtu lalu (25-10-2014), mereka berdoa Rosario di Novisiat OMI Beato Joseph Gerard Blotan.

Iman Harus Dipupuk Firman Tuhan

Agar iman menjadi kuat dan sehat, ia harus terus dipupuk oleh Firman Tuhan (21 Okt). 

Rekoleksi Prodiakon: Dipilih Melayani

Tempatnya sudah tepat, di Aula Gereja St. Fransiskus Xaverius Cangkringan, di lereng Merapi. Jauh dari keramaian kota.  Waktunya juga telah pas. Bukankah saat 1 Suro, banyak orang Jawa melakukan tapa bisu?
    Apalagi acaranya disebut rekoleksi, yaitu khalwat pendek beberapa jam. Khalwat berarti pengasingan diri di tempat hening untuk berdoa, menenangkan diri, meneliti hidup untuk disyukuri dan diperbarui.

Baik Kepada Yang Tak Mampu Membayar Kembali

Untuk mengubah dunia kita harus baik kepada mereka yang tidak mampu membayar kita kembali (18 Okt). 

Sekolah Iman:
Jangan Menunggu Diperingatkan Makhluk Dunia Lain

Keinginan mengubah diri untuk menjadi manusia yang lebih baik, seyogyanya dilakukan berdasarkan kesadaran sendiri. Jangan menunggu sampai diperingatkan makhluk dari dunia lain. 
     Bahkan, jika makhluk dari dunia lain itu memang datang untuk memberi peringatan, seseorang tidak perlu tercekam oleh ketakutan luar biasa dengan akibat malah melupakan peringatan yang diberikan. Peringatan itu haruslah dipahami sebagai pesan bahwa seseorang masih diberi kesempatan untuk mengubah diri selama masih hidup. 
Ya Tuhan, hiburlah semua orang yang menderita, terutama orang sakit, orang miskin, dan pengangguran ( 14 okt ). 

Filipus Dimas Darumurti (2-habis):
Kumpul-Kumpul Memperkuat Iman



Ketika anak muda lain asyik dengan dunia keramaian dan identik dengan ‘ubyang-ubyung,’ pergi bersenang-senang ke sana ke mari tanpa tujuan jelas, Dimas menunjukkan minat yang berbeda.
Sejak kecil dia terlibat dalam kehidupan menggereja, sebagai Putra Altar, lalu menjadi koordinator Putra Altar. Seiring pertambahan usia, ia bergabung dengan OMK, lalu menjadi koordinator OMK. Dan sekarang sebagai katekis muda. Jalan itu seperti mengalir begitu saja. “Saya memang suka bertemu dengan banyak orang,” katanya.
Kekuatan spiritual Sakramen tak terbatas. Dengan rahmat, kita dapat mengatasi setiap rintangan. ( 11 okt ). 

Tongkat Gembala dan Burung Pelikan

Menjelang akhir Perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Penguatan (Jumat, 10-10-2014) di Gereja St. Petrus & Paulus Babadan, Mgr. Johannes Pujasumarta tidak segera memberi berkat kepada umat, melainkan menjelaskan makna ornamen tongkat gembala dalam posisinya sebagai Uskup Agung KAS.    
      Kepala tongkat gembala tersebut diawali dengan huruf C untuk Christus, dan bergambar burung Pelikan. Dijelaskan, sudah sejak lama burung Pelikan dijadikan ornamen untuk liturgi Gereja. 
    Ada kisah tentang keluarga burung Pelikan melatarbelakangi penggunaan ornamen tersebut. Konon, ketika musim kemarau tiba, kekeringan terjadi. Bencana kelaparan dialami semua makhluk, tidak terkecuali keluarga burung Pelikan.
Orang-orang muda yang terkasih, Kristus mengandalkan Anda untuk menjadi teman dan saksi untuk cintanya yang tak terbatas (10 Okt). 

Kasih Allah melalui Bahasa Tubuh

Umat Katolik bersyukur karena tidak hanya menyaksikan kasih Allah melalui yang terjadi di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari, melainkan secara langsung merasakan sendiri kasih Allah melalui bahasa tubuh
    Manusia menggunakan dua bahasa dalam mengungkapkan kasih, bahasa lisan dan bahasa tubuh.     Dan melalui bahasa tubuh yang amat dikenal  manusia, Allah menyatakan kasih-Nya, yaitu melalui proses transubstansiasi saat umat Katolik menerima tubuh dan darah Kristus dalam Perayaan Ekaristi. 

Tidak Berbicara Buruk tentang Oranglain

Mari kita meminta rahmat Tuhan untuk tidak berbicara buruk tentang orang lain, tidak mengkritik, tidak bergosip, melainkan untuk mencintai semua orang (7 Okt). 

REQUISCAT IN PACE

    
Romo Antonius Hari Kustono Pr telah pulang ke rumah Bapa di surga, Jumat dini hari pkl. 02.15 di ruang ICU Panti Rapih Yogyakarta, setelah mengalami sakit serius selama beberapa pekan terakhir. 
     Bagi umat Paroki St. Petrus & Paulus Babadan,  Romo Antonius Hari Kustono Pr dikenal sebagai narasumber pengetahuan iman dalam beberapa kali pertemuan.  Terakhir kali, dosen Fakultas Theologi di Seminari Tinggi Kentungan ini menjadi pembicara dalam acara bedah buku Mengenal Siapa Yesus yang ditulisnya sendiri di Sekolah Iman Gereja St. Petrus & Paulus Babadan. 
    Misa Pemberkatan jenazah akan diselenggarakan di Kapel Seminari Tinggi Kentungan, Yogyakarta. Sedang Misa Requiem di Kapel Seminari Tinggi Kentungan, Sabtu pukul 10.00 WIB. Pemakaman akan dilangsungkan hari Sabtu tanggal 11 Oktober 2014 di Kompleks Pemakaman Seminari Tinggi Kentungan.***
Keluarga bahagia sangat penting bagi gereja dan masyarakat (3 Okt). 
Panitia Pembangunan Gereja St. Petrus & Paulus Babadan, dengan rombongan berjumlah 15 orang berangkat ke Paroki St. Arnoldus, BekasiJumat (03-10-2014) pkl. 20.00.  
      Keberangkatan tersebut merupakan upaya penggalangan dana untuk membiayai pembangunan Panti Paroki yang masih berlangsung hingga saat ini. Berdasarkan laporan terakhir, pembiayaan pembangunan tersebut sudah mengalami defisit sebesar Rp 51 juta.
Mendampingi rombongan tersebut, turut serta dua romo yang diminta mempersembahkan misa di Gereja St. Albertus Bekasi. Rm. Robertus Triwododo Pr, yang sedianya mendampingi rombongan, berhalangan hadir.
     Saat penggalangan dana, rombongan akan menghadiri misa 5 kali, dan berupaya mengetuk hati para umat dengan menyediakan kotak sumbangan. Juga disediakan leaflet pembangunan serta nomor rekening bagi umat setempat yang ingin memberikan sumbangan lewat bank.
     Direncanakan, rombongan akan kembali setelah misa terakhir Minggu malam (05-10-2014)***  
       
    
      

Sangat Manusiawi, tapi bukan Kristen

Ada kecenderungan menempatkan diri dan ambisi kita di pusat kehidupan kita. Ini sangat manusiawi, tapi bukan Kristen (27 Sept).  

Filipus Dimas Darumurti (1):
Katekis Muda Melawan Arus



Rambutnya ikal, berkulit gelap, berkacamata, tubuhnya agak gemuk. Suaranya yang berat terdengar agak lantang saat menyampaikan materi bahasan kepada calon penerima Sakramen Penguatan di sayap utara Geraja St. Petrus & Paulus Babadan. 
    Tidak sedikit pun ia merasa terganggu ketika beberapa umat yang sedang melintas sesekali menoleh ke arahnya, seolah bertanya sejak kapan anak muda itu menjadi katekis.  Filipus Dimas Darumurti yang baru berusia 23 tahun, memang jauh lebih muda dibanding 10 katekis lain yang juga ikut mempersiapkan calon penerima Sakramen Penguatan.   Semua katekis itu sudah berumur 50 tahun ke atas.
       Dimas sudah siap menghadapi pandangan bertanya-tanya atas