Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Selamat Memasuki Tahun Liturgi Tahun B

Ada yang mengirimkan pesan singkat pada akhir pekan ini. Inti pesan itu, mengucapkan selamat memasuki tahun kalender liturgi baru, disertai harapan agar iman semua murid Kristus semakin diteguhkan.



Pesan itu tidak biasa. Jarang sekali orang mengucapkan selamat memasuki tahun liturgi baru. Biasanya, yang disampaikan adalah Selamat Natal, Selamat Tahun Baru, dan Selamat Paskah, Selamat Ulang Tahun, atau ucapan selamat terkait hari besar atau kejadian penting lain.

Ungkapan syukur tersebut bisa dikatakan mencerminkan pemahaman dan penghayatan atas manfaat penetapan tahun liturgi bagi umat. Waktu yang diberi oleh-Nya untuk memasuki tahun liturgi baru dihayati sebagai karunia berupa kesempatan untuk semakin mengenal dan menghayati sejarah penyelamatan dan penebusan manusia melalui bacaan Alkitab.

Penetapan lingkaran tahun liturgi dalam Gereja Katolik memang memberi kesempatan bagi umat untuk mengetahui isi Alkitab secara terencana, terpola, sinambung, menyeluruh, dan berulang-ulang untuk semakin menghayatinya. Dengan demikian, perayaan liturgi yang berisi pembacaan firman Allah merupakan bahan katekisasi yang paling asasi dan efektif.

Sebagaimana bisa dibaca dalam buku Mengenal Tahun Liturgi (I Marsana Windhu, Penerbit Kanisius), apabila cukup rajin ‘mendengarkan sabda Tuhan dalam perayaan Ekaristi” termasuk misa harian, dalam kurun waktu 3 tahun setelah melewati tahun A, B, dan C sesuai kalender liturgi gereja, umat akan ‘selesai’ membaca hampir seluruh isi Kitab Suci. Melalui bacaan liturgi yang disusun serta dikemas dalam lingkaran liturgi yang utuh, umat dapat menghayati sejarah keselamatan dan penyelamatan manusia sejak kisah penciptaan dalam Kejadian sampai Wahyu.

Akan tetapi, bukankah dengan adanya lingkaran tahun liturgi, Tahun A B C untuk Perayaan Ekaristi serta Tahun I dan II untuk misa harian, setelah satu putaran akan kembali ke titik awal?

Dalam suatu perbincangan dengan Rm. Antonius Andri Amoko OMI, Magister Novisiat OMI Joeseph Gerard Blotan, mengemukakan bahwa selama 19 tahun menjalankan imamat, seingatnya pembahasan dan refleksi tentang perikop Kitab Suci yang disampaikannya melalui homili tidak pernah sama.

Dengan kata lain, pembahasan dan refleksi tentang Kitab Suci dalam Liturgi Gereja selalu baru dan tidak pernah mengulang. Itulah kekayaan Sabda Allah yang nyata, yang tidak pernah usang dan selalu baru setiap hari sepanjang masa.

Selamat Memasuki Tahun Liturgi Tahun B***