Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Hanya Satu Permohanan yang Dikabulkan

Lagu-lagu Taize dengan syair pendek namun menyentuh, diiringi suara lembut para frater dan musik orkestra, membangun suasana meditatif.  Lampu dipadamkan dan kapel hanya diterangi cahaya lilin di dalam lampion.
      Lilin lampion diletakkan mengelilingi salib Kristus, sehingga cahayanya yang temaram mengarahkan perhatian ke salib tersebut. Sejak pembukaan hingga akhir ibadat, umat diajak memasuki alam hening.

     Suasana seperti itulah yang terasa saat Ibadat Taize diselenggarakan di Kapel Seminari Tinggi Kentungan, Rabu, 18 Maret 2015. Ibadat tersebut dimulai pkl. 17.30, dihadiri sekitar 60 orang, kebanyakan mahasiswa.    
     Sekali sebulan pada Rabu sesudah minggu kedua, Ibadat Taize memang diselenggarakan di Kapel Seminari Tinggi Kentungan, dimotori oleh para frater seminar tersebut. Ibadat ini terbuka untuk siapa saja.Umat boleh datang hanya untuk mengikuti ibadat saja. Atau dengan suatu ujub untuk dibacakan sebagai bagian doa umat setelah menuliskannya di kertas ujub yang tersedia sebelum memasuki kapel. Atau menyampaikan ujub tersebut dalam doa pribadi dihadapan salib.
     Berikut adalah dikutip sebagian dari renungan yang disampaikan Frater Paulinus, menggambarkan apa yang dialami seorang pemuda saat berdoa kepada Tuhan.Pemuda ini sangat ingin doanya dikabulkan.

     Sang pemuda mengungkapkan permohonan kepada Tuhan. "Tuhan, ambillah kesombongan dari dalam diriku."
     Tuhan berkata:  "Tidak. Bukan Aku yang mengambil kesombonganmu, tapi kau yang harus melepaskan kesombonganmu itu dan menyerahkannya kepada-Ku.
     Sejenak pemuda itu terdiam. Lalu ia berkata lagi kepada Tuhan: "Baiklah, Tuhan, berilah aku kesabaran."
     Tuhan berkata:  "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan, tidak diberikan. Kau harus mengusahakan dan meraihnya sendiri."
     Pemuda itu mulai bingung dan mencoba memohon lagi kepada Tuhan: "Tuhan, berilah aku kebahagiaan."
     Tuhan berkata: "Tidak. Kuberi berkat, dan tentang kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri."
     Pemuda  itu semakin bingung, namun tetap mencoba memohon kepada Tuhan: "Ya, Tuhan, jauhkan aku dari kesusahan."
     Tuhan berkata: "Tidak. Penderitaan dan kesusahan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada-Ku."
     Pemuda itu hampir putus asa karena tidak mengerti apa yang harus dimintanya lagi kepada Tuhan. Ia hanya bisa berkata dalam hati kepada Tuhan: "Tuhan, beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat dan nyaman."
     Tuhan berkata: "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal dan menemukan kenyamanan dalam segala situasi."
     Kata pemuda itu lagi dalam hati:  "Yah, sudahlah, Tuhan, sempurnakanlah kekurangan anak-anak-Mu yang cacat dan berkekurangan."
     Tuhan berkata: "Tidak, jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara. Dan Kuberikan hati kepadamu untuk berbelarasa dengan mereka."
     Dalam nada keputus-asaan, pemuda itu memohon lagi kepada Tuhan: "Tuhan, bantu aku mencintai orang lain, sebesar cinta-Mu padaku."
     Tuhan berkata: "Ah, akhirnya kau mengerti."***