Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Joannes Wahyu Kurniawan (2-habis):
Hanya kalau dengan Jo

Di antara sesama PA, Jo dikenal sebagai anak yang mudah bergaul dan mampu menyemangati teman-temannya. Beberapa anggota PA hanya ingat pergi latihan kalau diajak Jo. 
    Bahkan salah satu anggota PA, saat pertama kali akan bertugas, hanya mau bertugas kalau bersama Jo. Usai tugas, Jo bercerita dia ditraktir makan mie ayam. 
   Dia memang rajin mengajak temannya berlatih di gereja, atau menghadiri kegiatan lain yang diselenggarakan PA. Dia akan menghampiri teman-temannya itu, lalu berangkat bersama ke gereja. Dia mau menyemangati mereka agar tetap mau bertugas, takut akan dimarahi rama. Ketakutan itu timbul karena melakukan kekeliruan saat bertugas, seperti pernah
lupa memukul gong saat Doa Syukur Agung, atau terlalu kencang memegang kasula rama.   

Banyak kegiatan 
     "Banyak kegiatan.  Banyak teman."  Itulah jawaban Jo ketika ditanya mengapa senang bergabung dengan PA. Jo  memang lebih suka melakukan sesuatu daripada diam.  Dia juga senang mempunyai banyak teman dalam kegiatan bersama. 

     Bukan berarti di sekitar tempat tinggalnya, di Sawahan Kidul, Wedomartani, tidak ada teman sebaya untuk diajak bermain, atau tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan.  Namun, ibunya, Agnes Endang Budiasih (38), memang lebih suka jika Jo aktif sebagai anggota PA ketimbang bermain dengan teman sebaya di kampung. "Mereka sering menghabiskan waktu mengerjakan hal yang tidak baik." Ada kekhawatiran jika pergaulan dengan teman sebaya di kampung akan berpengaruh buruh terhadap perkembangan sang anak sulung. 
     Ayah Jo, Ign. Timbul Widodo (48) juga mengemukakan hal serupa.  Dengan menjadi anggota PA, Jo bisa berlatih disiplin, belajar bertanggung jawab, belajar menggunakan waktu, serta mengenal liturgi. "Cuma repotnya, kalau pelatih tidak datang, atau waktu latihan molor.  Kalau waktu latihan molor, dia tak bakal mengerjakan PR."
        Menurut Jo, latihan molor bisa karena pelatih terlambat datang, atau kurang menguasai apa yang akan dilatihkan seperti pada latihan untuk hari raya. 
       Di mata ayahnya, menjadi anggota PA adalah kesempatan bagi Jo untuk  melihat dunia lain di luar kehidupan di rumah dan sekolah.  Oleh ayahnya, Jo memang diberi kesempatan untuk mengenal berbagai sisi kehidupan.  Sebagai contoh, saat senggang, sesekali Jo diajak menyaksikan bagaimana orang membuat batako, atau membuat meubel, atau memperbaiki sepeda motor, atau bekerja di kantor, dan sebagainya.  Jo hanya diminta melihat saja, disertai penjelasan singkat begitulah orang mencari nafkah.
      Di rumah, Jo juga diperkenalkan kepada Firman Tuhan.  Setiap senja, saat azan magrib terdengar,  keluarga Jo akan duduk bersama, berdoa dan membaca Firman Tuhan berdasarkan bacaan hari itu.  Ibu Jo sambil tersenyum bercerita,   Jo dan adiknya Angela Merici Kurniasari (8) akan rebutan membaca bacaan terpendek.  Kata ayah Jo: "Untuk usia mereka sekarang, tujuan utama bukan agar mereka memahami isinya.  Cukup kalau mereka mengenal Firman Tuhan. Tambah usia, harapannya pemahaman  bertambah."
       Apakah semua itu terkait dengan keinginan Jo untuk menjadi imam?  Kedua orangtua Jo mengatakan, itu terserah Jo.   Ayahnya mencontohkan, ada salah satu kerabat sudah hampir ditahbiskan, toh akhirnya mundur.  Jadi, kalau Jo merasa ada panggilan seperti itu,  yang penting adalah bagaimana dia menanggapi panggilan tersebut dalam perjalanan hidupnya.   

Hanya kalau dengan Jo
       Meski lebih banyak bergaul dengan sesama anggota PA, bukan berarti pertemanan Jo dengan teman sebaya di kampungnya terputus sama sekali.  Dia tetap bergaul dengan mereka.  
      Seperti di kalangan PA, di antara teman sebaya di kampung Jo juga dikenal mudah bergaul dan mampu menyemangati.  Sikap inilah yang menyebabkan seorang anak tetangga yang setahun lebih muda  akhirnya mau bersekolah.  
        Ketika akan masuk Kelas I SD, anak tersebut baru mau sekolah setelah dibujuk oleh Jo. Sewaktu kegiatan belajar berlangsung rutin setiap hari, dia juga tidak mau berangkat ke sekolah kalau tidak bersama Jo.  Karena jarak rumahnya dekat, Jo akan menjemput dan sabar menunggu hingga anak itu  selesai berkemas, lalu berangkat bersama naik sepeda masing-masing. Begitu terus berlangsung tahun demi tahun.
      Tahun lalu, Jo lulus dari SD.  Anak itu naik kelas VI SD, masih di sekolah yang sama.  Sedang Jo,  kini duduk di Kelas VII SMP Kanisus Pakem.   Karena sekolahnya cukup jauh, Jo harus berangkat lebih pagi.  Tidak lagi naik sepeda, tapi diantar naik sepedamotor. Anak itu berhenti bersekolah, tidak melanjutkan pelajaran di Kelas VI SD.  Dia mau berangkat ke sekolah hanya kalau dengan Jo.***(PRonP)