Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Kasih Allah melalui Bahasa Tubuh

Umat Katolik bersyukur karena tidak hanya menyaksikan kasih Allah melalui yang terjadi di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari, melainkan secara langsung merasakan sendiri kasih Allah melalui bahasa tubuh
    Manusia menggunakan dua bahasa dalam mengungkapkan kasih, bahasa lisan dan bahasa tubuh.     Dan melalui bahasa tubuh yang amat dikenal  manusia, Allah menyatakan kasih-Nya, yaitu melalui proses transubstansiasi saat umat Katolik menerima tubuh dan darah Kristus dalam Perayaan Ekaristi. 

       Uskup Agung Mgr. Yohanes Pujasurmarta, Keuskupan Agung Semarang, menyampaikan hal itu dalam homili Perayaan Ekaristi Penerimaan Sakramen Penguatan di Gereja St. Petrus & Paulus Babadan, Jumat (10-10- 2014).  
      Ketika umat menerima darah dan tubuh Kritus saat Perayaan Ekaristi, itu menunjukkan kesediaan seseorang membuka diri  menerima kasih-Nya dan membiarkan-Nya bekerja dalam dirinya melalui Roh Kudus sehingga membawa perubahan ke arah lebih baik.  Oleh sebab itu, para penerima Sakramen Penguatan, setelah diurapi, penting selalu membuka diri menerima Roh Kudus dan dengan bantuan Roh Kudus akan berubah ke arah yang lebih baik.
   Dikemukakan, kasih Allah itu begitu melimpah, sehingga sesungguhnya setiap hari dapat disaksikan perubahan-perubahan hebat dan mengagumkan, yang terjadi berkat kasih-Nya. Namun seringkali pernyataan kasih Allah itu diabaikan, karena dianggap biasa. Dicontohkan, sebutir gabah apabila ditanam di tanah persemaian, akan tumbuh menjadi bibit padi. Lalu setelah di tanam di tanah sawah, secara perlahan akan tumbuh semakin besar, berbunga dan kemudian berbuah.  Semua itu menunjukkan perubahan yang begitu hebat melalui proses bertahap dan merupakan karya Allah.
    Mgr. Yohanes Pujasurmarta mengingatkan, proses semacam itu seharusnya pelajaran dan sekaligus contoh dari-Nya bahwa semua seharusnya berlangsung dalam proses bertahap. Maka, jika dalam kehidupan sehari-hari terdapat praktik seperti menjadi cepat kaya dengan korupsi, lulus ujian dengan nyontek, dan sebagainya, itu terjadi karena jalan yang ditempuh adalah jalan pintas, tidak melalui proses seharusnya.  Jalan pintas, adalah ajaran iblis yang mengiming-imingi manusia agar menjadi tukang sulap, seperti ketika Yesus sendiri dibujuk iblis untuk mengubah batu menjadi roti. 
      Maka adalah penting  selalu membuka diri untuk kehadiran Roh Kudus agar melalui bimbingan-Nya yang penuh kasih setiap orang berubah,  semakin seperti Anak-Nya, walau tetap sebagai manusia. 
    Dalam Perayaan itu, Mgr. Yohanes Pujasurmarta menerimakan Sakramen Penguatan kepada 80 umat paroki, didampingi Rm. Robertus Triwidodo Pr dan Rm. Antonius Sussanto, OMI sebagai konselebran.
     Setelah istirahat dan makan  malam usai misa, Mgr. Yohanes Pujasurmarta memberi kesempatan kepada umat Paroki St. Petrus & Paulus Babadan untuk audiensi selama 45 menit, yang berakhir pkl 20.30.***