Kesalahan dan dosa di satu sisi, serta memaafkan atau pengampunan di sisi lain, adalah dua hal yang berpasangan dan tidak terpisahkan. Bila dipisahkan, terjadi kemacetan dalam relasi antara seseorang dengan yang lain. Ketika seseorang berbuat kesalahan atau berdosa terhadap yang lain, pelaku kesalahan atau dosa itu mengalami luka, merasa sedih, menyesal. Luka, kesedihan, dan penyesalan itu akan terus menjadi sumbat yang menghalangi relasi antar-pribadi, selama kesalahan atau dosa itu tidak dimaafkan atau diampuni. Ketika kesalahan atau dosa seseorang dimaafkan, diampuni, maka lukanya akan sembuh, kesedihannya akan terobati, ia akan merasa damai, tenang. Hendaknya kita ikhlas memaafkan dan mengampuni kesalahan atau dosa orang lain. (Rm. Henricus Asodo, OMI-14/08/2013)
Yesus meminta Petrus membayar pajak untuk dua orang. Satu atas nama Petrus dan satu lagi atas nama Diri-Nya sendiri (Lih. Mat. 17:24-27). Yesus memberi teladan supaya kita semua sebagai murid-Nya memenuhi kewajiban membayar pajak, sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain. Setiap murid Yesus juga diminta turut mengawasi agar penggunaan pajak sungguh sesuai sasaran, serta mendoakan agar petugas pajak tidak tergoda memanfaatkannya demi kepentingan diri sendiri (Robertus Triwidodo, Pr – 12/08/2013)
Yesus mengajarkan supaya kita jangan tamak dan menimbun harta duniawi. Semua yang kita miliki, banyak atau sedikit, semua berasal dari Allah, dan hendaknya kita gunakan untuk berbagi dengan sesama. Semua yang kita miliki itu, akan kita tinggalkan suatu saat, tanpa kita ketahui kapan. Maka, jangan bangga dengan mobil, sepeda motor, atau sepeda, apapun mereknya atau seberapa mahal pun itu, sebab kendaraan terakhir yang kita tumpangi adalah mobil jenazah. Jangan bangga dengan tempat tidur yang kita miliki, atau atau yang pernah kita tiduri, seberapa empuk pun itu, sebab pada akhirnya kita terbaring di atas tanah kuburan. Jangan bangga dengan kecantikan, ketampanan, kebugaran atau kekuatan tubuh, sebab akhirnya kita hanya tinggal tulang-belulang. Jangan bangga dengan rumah besar dan mewah, sebab tempat peristirahatan kita terakhir adalah kuburan. Jangan bangga dengan segala gelar atau nama tenar, sebab kita akhirnya memperoleh gelar yang sama, almarhum atau almarhumah. (Robertus Triwidodo, Pr - 04/08/2013)
Seringkali setiap orang menghadapi keraguan karena harus memilih jalan kehidupan yang harus ditempuh. Allah hadir dalam lewat berbagai cara dan selalu siap membantu. Setiap orang hanya perlu peka melihat tanda-tanda kehadiran-Nya. Tanda-tanda itu tidak pernah keliru, sebab selalu akan menuntun siapapun menuju kebaikan (A Andri Atmaka, OMI - 1 Agustus 2013)
Berbagi dengan sesama tidak harus menunggu saat kita sudah berkelimpahan. Berbagi dari kekurangan cerminan kepedulian dan kasih. (Robertus Triwidodo, Pr - 16/07/2013).
Hidup terasa berat atau ringan tergantung cara memandang hidup itu. Setiap orang diundang agar datang dan membuka diri kepada Yesus (bdk. Mat 11:28-29), lalu memberi kesempatan kepada-Nya mengajarkan cara yang tepat memandang hidup. (Robertus Triwidodo, Pr - 18/07/2013)
Iman kepada Kristus membuat kita membiarkan Dia bekerja di dalam diri kita. Iman seperti itulah yang mendorong kita melayani sesama, sehingga pelayanan kita sesungguhnya merupakan ungkapan syukur kita kepada-Nya, dan karena itu pelayanan kita menjadi berkat bagi sesama (Yosafat Dani Puspantoro, Pr - 20/07/2013).
Yesus meminta Petrus membayar pajak untuk dua orang. Satu atas nama Petrus dan satu lagi atas nama Diri-Nya sendiri (Lih. Mat. 17:24-27). Yesus memberi teladan supaya kita semua sebagai murid-Nya memenuhi kewajiban membayar pajak, sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain. Setiap murid Yesus juga diminta turut mengawasi agar penggunaan pajak sungguh sesuai sasaran, serta mendoakan agar petugas pajak tidak tergoda memanfaatkannya demi kepentingan diri sendiri (Robertus Triwidodo, Pr – 12/08/2013)
Yesus mengajarkan supaya kita jangan tamak dan menimbun harta duniawi. Semua yang kita miliki, banyak atau sedikit, semua berasal dari Allah, dan hendaknya kita gunakan untuk berbagi dengan sesama. Semua yang kita miliki itu, akan kita tinggalkan suatu saat, tanpa kita ketahui kapan. Maka, jangan bangga dengan mobil, sepeda motor, atau sepeda, apapun mereknya atau seberapa mahal pun itu, sebab kendaraan terakhir yang kita tumpangi adalah mobil jenazah. Jangan bangga dengan tempat tidur yang kita miliki, atau atau yang pernah kita tiduri, seberapa empuk pun itu, sebab pada akhirnya kita terbaring di atas tanah kuburan. Jangan bangga dengan kecantikan, ketampanan, kebugaran atau kekuatan tubuh, sebab akhirnya kita hanya tinggal tulang-belulang. Jangan bangga dengan rumah besar dan mewah, sebab tempat peristirahatan kita terakhir adalah kuburan. Jangan bangga dengan segala gelar atau nama tenar, sebab kita akhirnya memperoleh gelar yang sama, almarhum atau almarhumah. (Robertus Triwidodo, Pr - 04/08/2013)
Seringkali setiap orang menghadapi keraguan karena harus memilih jalan kehidupan yang harus ditempuh. Allah hadir dalam lewat berbagai cara dan selalu siap membantu. Setiap orang hanya perlu peka melihat tanda-tanda kehadiran-Nya. Tanda-tanda itu tidak pernah keliru, sebab selalu akan menuntun siapapun menuju kebaikan (A Andri Atmaka, OMI - 1 Agustus 2013)
Berbagi dengan sesama tidak harus menunggu saat kita sudah berkelimpahan. Berbagi dari kekurangan cerminan kepedulian dan kasih. (Robertus Triwidodo, Pr - 16/07/2013).
Hidup terasa berat atau ringan tergantung cara memandang hidup itu. Setiap orang diundang agar datang dan membuka diri kepada Yesus (bdk. Mat 11:28-29), lalu memberi kesempatan kepada-Nya mengajarkan cara yang tepat memandang hidup. (Robertus Triwidodo, Pr - 18/07/2013)
Iman kepada Kristus membuat kita membiarkan Dia bekerja di dalam diri kita. Iman seperti itulah yang mendorong kita melayani sesama, sehingga pelayanan kita sesungguhnya merupakan ungkapan syukur kita kepada-Nya, dan karena itu pelayanan kita menjadi berkat bagi sesama (Yosafat Dani Puspantoro, Pr - 20/07/2013).