Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Alexander L. Pondaag (2-habis):
Berbagi Pengalaman Perjumpaan dengan Tuhan Lewat Buku

   Menjalani masa pemulihan dan sekaligus berupaya menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru tidaklah mudah bagi Pak Alex. Namun dia percaya bahwa Tuhan selalu mendampingi, menolongnya, dan menguatkannya. 
      Untuk itu dia selalu rajin berdoa dan membaca Kitab Suci. Dan dia memperoleh buah dari imannya yang teguh itu: membuatnya mampu memandang apa yang dialaminya sebagai rahmat, membuatnya bisa belajar menjadi lebih berserah, percaya, dan sabar. 
       Setelah semakin kuat, dia tidak lagi menerima komuni suci di rumah. Dia pergi ke gereja atau kapel terdekat,
agar dapat mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari Minggu atau mengikuti Misa Harian. Dia juga rajin menghadiri pertemuan doa lingkungan. Kadang dia pergi naik becak, atau naik ojek. Semua itu dilakukannya karena dia merasa hanya apabila berjumpa dengan Tuhan saat menerima komuni suci, dia akan memperoleh berkat-Nya, menerima kekuatan dari-Nya.
       Tahun 2006, Keluarga Pak Alex pindah ke Yogyakarta. Isterinya mendapat tawaran kerja di Yogyakarta. Tawaran ini disambut dengan sukacita, sebab itu berarti membuka kesempatan bagi mereka sekeluarga untuk lebih sering berkumpul. Dua anaknya, sejak Pak Alex terkena stroke, telah lebih dulu bersekolah di Muntilan. Jarak antara Muntilan dan Yogyakarta yang hanya sekitar 30 km memungkinkan mereka lebih sering berkumpul. 
      Sementara mereka mengontrak di perumahan Banteng Baru, jl. Kaliurang. Di tempat yang baru ini, kebiasaan Pak Alex tidak berubah. Dia tetap mengikuti Misa Harian. Menerima komuni suci saat Perayaan Ekaristi adalah kesempatan baginya untuk berjumpa dengan Tuhan. Dia tidak ingin melewatkannya sekalipun, kecuali karena terpaksa. 
      Selain itu, dia juga aktif menjadi anggota Legio Maria, Kelompok Devosi Kerahiman Ilahi, dan Kelompok Kitab Suci, serta bergabung dengan komunitas Paguyuban Difabel. Sebagai anggota komunitas, Pak Alex juga aktif mempersiapkan penyelenggaraan Perayaan Ekaristi untuk mereka yang difabel.
 
Doa Rosario untuk Orang Sakit
      Pengalamannya ikut aktif dalam menyelenggarakan pertemuan rohani bagi orang yang difabel, serta pengalaman dan perenungannya memperoleh rahmat Tuhan, mendorongnya untuk menulis buku berjudul Tuhan Sembuhkanlah Aku…, diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta, 2007. Adapun yang menjadi Nihil Obstat: St. Darmawijawa, Pr (Cens. Libr. KAS). Sedang Imprimatur: J Pujasumarta Pr (Vikjen KAS, sekarang Uskup Agung KAS). 
       Buku setebal 78 halaman ini, berukuran buku saku, berisi doa Rosario untuk orang sakit. Doa Rosario inilah yang selalu didaraskannya selama masa penyembuhan. Perbedaannya dengan rumusan doa Rosario yang umum di kenal, dalam doa Rosario yang disusun Pak Alex ini ada rumusan doa untuk orang sakit di setiap peristiwa-peristiwa dalam doa Rosario. Rumusan doa tersebut merupakan hasil permenungan dan pengalaman imannya saat mendaraskan doa Rosario, diperkaya dengan bahan dari berbagai bacaan doa dan Alkitab. 
      Dalam kata pengantar, Pak Ales menulis: 
  • Setiap kali saya selesai berdoa Rosario, saya mengalami Rahmat dan Kasih Tuhan, serta dapat merasakan kehadiran-Nya. Meskipun saya belum sembuh sempurna, tetapi saya merasa selalu berbahagia, penuh kedamaian dan penuh harapan.(hal.5 ) 

Ekaristi yang Menguatkan 
       Akhir tahun 2012, Keluarga Pak Alex pindah ke rumah baru milik sendiri, hanya sekitar 600 m dari Gereja St. Petrus & Paulus Babadan.  Di tempat baru ini, dia tetap aktif di Legio Maria, Kelompok Devosi Kerahiman Ilahi, Kelompok Kitab Suci, dan Sekolah Iman. 
      Pengalaman dan penghayatannya berjumpa dengan Tuhan saat menerima komuni suci kembali mendorong Pak Alex menulis buku kedua berjudul Ekaristi Yang Menguatkanku. Pengalaman dan penghayatannya itulah yang ingin dibagikannya, agar orang lain yang juga bisa memperoleh rahmat yang sama dari-Nya, seperti yang ditulisnya dalam bagian Sekapur Sirih: 
  • Seperti kisah dalam Injil tentang seorang perempuan yang selama dua belas tahun  mengalami sakit pendarahan disembuhkan hanya dengan menjamah jubah Yesus (bdk. Matius 9: 20 -22, Markus 5:24-34, dan Lukas 8:43 – 49), aku percaya bahwa saat menerima komuni, ketika aku mengulurkan tangan atau menjulurkan lidah untuk menerima Tubuh Kristus dan memakan-Nya, aku sungguh memperoleh kesembuhan.
    Keteguhan iman yang dimilikinya mendapat apresiasi. Tak kurang dari Rm. Robertus Triwidodo, Pr, pastur Paroki St. Petrus & Paulus Babadan, menuliskan hal itu dalam Kata Pengantar: 
  • Sampai buku ini ditulis, yang bersangkutan memang belum 100% sembuh secara fisik. Tetapi secara jiwa rohani ia sangat sehat. Mungkin dalam beberapa hal, ia lebih sehat daripada orang lain yang fisiknya sehat. Hal ini sangat mudah dilihat oleh orang lain bagaimana ia menjalani hidup dan pelayanannya dalam keterbatasan. Berkali-kali ia mengungkapkan syukurnya dengan refrain pendek: ‘Aku menghayati rahmat dalam keterbatasan.'
  • Pengalaman rahmat kesembuhan itu didapatkan dengan mengikuti Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi adalah Misteri dan Sakramen terbesar dalam Gereja menjadi sumber kekuatan dan semangat dalam menanggung rasa sakit. Dengan Ekaristi, rasa sakit itu tidak dilihatnya sebagai tragedi atau kutukan atau belenggu yang membuatnya tidak berdaya. Tapi justru menjadi medan dan kesempatan untuk menghayati iman secara lebih mendarat. Dalam sakit dan penderitaannya, ia ditemani, dijamah, ditopang, dan disembuhkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Bahkan, ia sampai kepada pengalaman bahwa dengan sakitnya, ia boleh solider dan ambil bagian dalam penderitaan Yesus sendiri. (hal 8) 
      Buku ini sudah terbit dalam dua edisi. Edisi pertama diterbitkan sendiri tahun 2012, berukuran buku saku, setebal 82 halaman. Selain berisi kisah pengalaman dan kesaksian iman Pak Alex yang memperoleh kesembuhan dan kekuatan melalui Perayaan Ekaristi, buku ini juga memuat kesaksian istri dan kedua anaknya. 
         Edisi kedua diterbitkan oleh Penerbit Gunung Sopai, Yogyakarta, Mei 2013, setebal 112 halaman. Sebagai Nihil Obstat edisi kedua ini adalah P Hendrik Njinlah, Pr (Keuskupan Agung Makassar). Sedang Imprimatur: Mgr. Dr. John Liku-Ada, Pr (Ordinarius Loci, Keuskupan Agung Makassar). Buku edisi kedua ini disertai lampiran doa Rosario untuk orang sakit, yaitu buku pertama yang telah diterbitkan sebelumnya.(PRonP/MEttyTriP) ***