Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Kunjungan Bulan Pastoral (1):
Mengenal Jalan Sunyi Kyai Masrur

Ketika banyak orang mengupayakan hidup damai dengan berbagai cara, dia sudah menjalaninya dengan hidup berdampingan dengan sesamanya yang berbeda agama dan keyakinan. Dia tinggal dengan para santrinya di Pondok Pesantren Salafiyah Al Qodir di Dusun Tanjung, Wukirsari, Pakem, jauh dari hiruk pikuk. 

     Tapi kesunyian dan kedamaian tempat ini justru mengundang berbagai orang dari berbagai kalangan untuk merasakan tinggal bersama para santri selama beberapa hari atau hanya sekadar duduk berbincang mengurai sekat-sekat agama dan keyakinan yang membuat orang hidup berjarak. 
    Sabtu, 28 Juni pukul 17.00 rombongan 23 Imam dari regio Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua berkunjung ke Pondok Pesantren yang diasuh oleh Kyai Masrur Ahmad MZ. Kunjungan ini menurut Rm. Mardi Kartno, SJ adalah rangkaian kegiatan Bulan Pastoral yang diadakan di Wisma de Mazenod Seminari Tinggi OMI Condong Catur selama 1 bulan. 
    Selain untuk mengenal bagaimana kehidupan di pondok pesantren, diharapkan kunjungan ini juga mengeratkan tali silaturahim dengan sesama liyan sekaligus sebagai upaya para imam untuk meningkatkan pelayanan kepada umat. Rm. Mardi berharap bagaimana pengalaman ini bisa menjadi inspirasi untuk dibawa para Imam dan diterapkan di paroki masing-masing.
   Menurut Kyai Masrur, semula pondok pesantren ini tak semegah sekarang. Cikal bakal bangunan ini adalah rumah pribadi Kyai Masrur yang sedikit demi sedikit dibangun dengan kerja keras bersama para santri. Dulu, tiap hari mereka mengangkuti batu kali dan pasir dari sungai di sekitar rumah itu. Pelan tapi pasti bangunan masjid yang kokoh terwujud dan rumah pribadi Kyai Masrur terlihat ‘tenggelam’ di belakang masjid. 
   Setelah itu para santri laki-laki dan perempuan berdatangan dari berbagai daerah. Ada yang dari Kalimantan, ada juga dari Papua. Ada juga yang dititipkan orang tuanya untuk menjadi santri di situ. 
    Para santri yang berjumlah 300 orang itu selain belajar di pondok pesantren, mereka juga bersekolah di SD, SMP, dan SMA di sekitar pondok. Di pondok ini orang yang kurang waras atau pecandu narkoba diterima dengan tulus. Kata Kyai Masrur, “Saya ambil yang tak diambil orang lain."***(MEttyTriP/PRonP)