Selamat Datang! Terima kasih telah berkunjung. Berkah Dalem.

Pelestarian Keutuhan Ciptaan:
Pelestarian Sumber Daya Air dan Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan

Melestarikan keutuhan ciptaan sebagaimana dicanangkan Keuskupan Agung Semarang dalam ARDAS 2011-2015 antara lain dapat diupayakan umat Paroki Babadan melalui dua peran. Pertama, mengupayakan pelestarian (konservasi) sumber daya air yang merupakan bagian dari upaya melestarikan sumber daya alam. Kedua, mengupayakan pengelolaan sampah ramah lingkungan.
Pernyataan tersebut dikemukakan FX Pri Joewo Guntoro, Ketua Litbang Paroki,
yang menjadi pembicara pertama dalam Pelatihan Perintisan Bank Sampah di Aula Paroki St. Petrus & Paulus Babadan, Minggu (11/09/2015). Pelatihan yang diselenggarakan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyambut Hari Pangan Sedunia, 18 Oktober 2015, diikuti perwakilan umat dari setiap lingkungan se-Paroki.

      Dikemukakan lebih lanjut, Paroki Babadan berada di daerah resapan air, yaitu daerah yang memungkinkan peresapan sebagai proses pengisian air tanah. Sebagian besar tanah berpasir, sehingga proses peresapan semakin cepat. Selain itu, di wilayah Paroki juga terdapat daerah aliran sungai (DAS) Kuning dan DAS Opak.
     Terkait hal tersebut, umat paroki dapat berperan dalam pelestarian keutuhan ciptaan mengingat keberadaan air di DAS. Dalam upaya ini, umat dapat menjadi pelopor, penggerak, baik secara perseorangan maupun kelompok, dapat menjadi mentor dalam konservasi sumber daya air. Maka penting umat paroki memahami arti penting konservasi untuk menjaga kualitas dan kuantitas air yang meresap dalam tanah, mengurangi daya rusak air berupa gerusan tebing pada tanah, melindungi kerusakan tanah akibat degradasi/penurunan dasar sungai yang akan menurunkan muka air tanah.
     Berbagai cara untuk peningkatan partisipasi umat mencakup antara lain pelatihan singkat pembuatan sumur resapan, biopori, dan dam parit di lokasi yang ditentukan bersama, membuat dam parit (anggelan) di anak sungai di sekitar tempat tinggal, serta membuat proposal untuk mendapatkan perhatian/bantuan dari pemda atau institusi lain, dengan stimulan dari sponsor atau masyarakat berupa tenaga untuk lokasi percontohan.
     Melalui konservasi, umat bersama masyarakat sekitar akan mendapatkan sumber daya air yang berkualitas baik, berkuantitas mencukupi dan efisien, berbagi sumber daya alam serta air antara masyarakat hulu ke masyarakat hilir, serta memberi kesempatan hidup bagi tumbuhan dan ciptaan lainnya.
     Dengan peran tersebut, maka peran umat dalam melestarikan keutuhan ciptaan sebagaimana digariskan dalam ARDAS KAS kiranya akan berbuah.

Pengelolaan Sampah Mandiri
      Sementara itu, pembicara kedua Robertus Junaidi, Ketua JPSM DIY, mengemukakan bahwa merintis Pengelolaan Sampah Mandiri harus dimulai dengan perubahan perilaku/gaya hidup serta sikap terhadap sampah. Sampah tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang menjijikan dan tanpa manfaat. Sampah harus dipandang sebagai suatu sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan misalnya: untuk energi, kompos, kerajinan ataupun untuk bahan baku industri.

      Dikatakan lebih lanjut, dengan perubahan tersebut,  jika selama ini paradigma penanganan sampah adalah Kumpul - Angkut - Buang, maka paradigma baru penanganan sampah setelah adanya pelatihan ini haruslah Kumpul – Pilah – Olah – Angkut – Buang.
      Mengubah perilaku serta sikap terhadap sikap bukanlah hal mudah. Masih banyak anggota masyarakat yang belum terbiasa mengelola sendiri secara benar penanganan sampah (sampah masih diangkut pihak lain, dibakar, atau dibuang ke tempat pembuangan liar).
      Oleh sebab itu, diperlukan langkah bertahap untuk menumbuhkan pemahaman masyarakat  bagaimana menangani sendiri sampah dengan benar, sehingga perilaku dan sikap masyarakat terhadap sampah sungguh berubah, sampai akhirnya bisa merintis bank sampah yang selain mengurangi dampak buruk pencemaran sampah jusru bisa menjadi suatu sumber daya yang mempunyai nilai tambah.

PSM Apel Condong Catur
      Pembicara berikut, Ibu Ponijan dari Paroki Minomartani yang menjadi salah satu penggerak Pengelola Sampah Mandiri (PSM) Apel di Condong Catur, turut berbagi pengalaman mulai saat dari saat perintisan hingga berkembang seperti sekarang.
      Dikemukakan, saat perintisan hanya dilakukan tiga ibu rumah tangga, diawali dengan mengumpulkan sampah non-organik yang untuk sementara dikumpulkan di pos ronda. Diakui, mengajak anggota masyarakat untuk mengelola sampai secara benar dan mandiri bukanlah hal mudah.  Sekarang sebagai bank sampah PSM Apel telah berkembang, mempunyai pekerja belasan orang, dan sudah bisa mengolah sampah organik dan non-organik.

Tindak Lanjut
      Pada akhir acara, Y Surya Adi Pramono dari Litbang mengemukakan bahwa baru merupakan tahap awal, yaitu sosialisasi.  Langkah berikut adalah pelatihan dengan praktek sehingga semua peserta diharapkan dapat memilah sampah dengan benar, kemudian mampu mengolah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Sasarannya adalah agar umat Paroki Babadan bisa menjadi pelopor pendirian bank sampah di lingkungan masing-masing. Dengan demikian, peran serta umat Paroki dalam melestarikan keutuhan ciptaan bisa semakin meningkat,  dan diharapkan bisa ditularkan kepada masyarakat sekitar. (prp)***